jpnn.com, TEHERAN - Kepala Kehakiman Iran Mohsen Ejei menyatakan kesediaannya untuk berdialog dengan pengunjuk rasa setelah hampir empat minggu republik Islam tersebut diguncang protes besar-besaran atas kematian Mahsa Amini.
Berbicara dalam pertemuan pejabat senior kehakiman di Teheran, Ejei mengatakan dia bersedia untuk terlibat dalam dialog dan negosiasi dengan semua kelompok untuk mengakhiri gelombang protes.
BACA JUGA: Iran Tuding Rezim Zionis Sponsori Perusuh Membakar Al-Quran dan Masjid
"Jika faksi, kelompok, atau individu politik memiliki pertanyaan, kritik, ambiguitas, atau protes, saya menyatakan kesiapan saya untuk berbicara dengan mereka," kata ketua pengadilan tinggi itu, Senin (10/10).
Dia mengatakan bahwa jika ada kritik atau protes, pihak kehakiman Iran akan menerimanya dan melakukan koreksi.
BACA JUGA: Stasiun TV Pemerintah Iran Diserang, Ayatollah Khamenei Dikelilingi Api
Pernyataannya Ejei muncul ketika protes berlanjut di banyak kota di Iran, hampir empat bulan setelah Mahsa Amini (22) meninggal dunia secara misterius setelah ditahan karena dianggap mengenakan pakaian tidak pantas oleh polisi moral negara itu.
Gelombang protes penuh kemarahan tersebut bermula di Sanandaj, kampung halaman Amini, kemudian menyebar ke semua kota besar Iran, termasuk Teheran.
BACA JUGA: Disamakan dengan Lalat, Mahasiswi di Iran Usir Presiden Raisi, Kata-katanya Nyelekit
Sejauh ini, pemerintah Iran belum pernah mengumumkan jumlah korban bentrokan polisi dengna demonstran.
Namun,i kelompok hak asasi independen telah mengeklaim lebih dari 100 orang telah tewas.
Insiden itu mengejutkan dunia, dengan banyak pemerintah Barat mengeluarkan pernyataan kecaman dengan kata-kata keras, yang tidak cocok dengan pemerintah Iran.
Ejei, mengulangi pernyataan pejabat tinggi Iran lainnya, mengatakan kematian Amini adalah alasan yang dibuat oleh musuh Iran untuk memicu kerusuhan di negara itu.
Dia merujuk pada laporan forensik yang baru-baru ini dirilis, yang mengklaim kematian Amini karena kegagalan organ ganda, bukan kekerasan fisik.
Namun, keluarga Amini menolak laporan tersebut. Ayahnya mengatakan bahwa ada jejak darah di leher dan telinga putrinya ketika dia melihat tubuhnya.
Sementara pasukan keamanan telah menindak apa yang mereka sebut kerusuhan yang didukung asing, protes sporadis berlanjut pada Senin di beberapa bagian negara itu.
Wakil Menteri Dalam Negeri Iran Sayyed Majid Mirahmadi memperingatkan bahwa mereka yang ditangkap dalam protes selanjutnya tidak akan dibebaskan sampai disidang. Dia mengatakan bahwa mereka akan diberikan hukuman berat.
Pernyataannya muncul setelah universitas terkemuka yang berbasis di Teheran mengumumkan bahwa mayoritas mahasiswa mereka yang ditahan dalam protes telah dibebaskan. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif