jpnn.com - ADA seribu cara memprotes kinerja dan kebijakan pemerintah daerah. Aktivis kampus mungkin akan mengusung seperangkat sound system, berdemo di depan kantor para eksekutif.
Sebagian lagi mungkin menggelar aksi teatrikal, juga di depan kantor para pemegang kebijakan. Kotamabopo Batobo Club (KBC) punya cara lain.
BACA JUGA: Penyanderaan Awak Trans Batam: Ini Permintaan Khusus Pihak Damri
IKA FUJI RAHAYU, Tidore
Memprotes minimnya perhatian Kota Tidore Kepulauan (Tikep) terhadap potensi wisata dan kerusakan lingkungan laut Tikep, KBC justru melakukannya dengan all out memelihara ekosistem lingkungan pesisir. Konservasi karang adalah jawabannya.
BACA JUGA: Kerakusan jadi Sumber Masalahnya
“Sebagai komunitas divers, kami memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga keindahan dan ekosistem bawah laut,” cetus Rio Timara Alting, Humas KBC, kepada Malut Post (Grup JPNN), beberapa waktu lalu.
KBC berangkat dari sekelompok anak muda yang sebagian besar berdomisili di lingkungan pesisir Kotamabopo Kelurahan Tomagoba, Kecamatan Tidore. Pantai Kotamabopo awalnya terkenal sebagai lokasi penampungan sampah warga. Sejak kanak, Rio cs kerap berenang di pantai tersebut.
BACA JUGA: Gerebek Arena Judi, Polisi Sita Ayam sebagai Barang Bukti
”Setelah dewasa pun kita sengaja tetap berenang di sana agar warga yang hendak buang sampah jadi sungkan sebab ada orang yang renang di situ,” tuturnya.
Hobi renang ini lantas menyatukan mereka dalam wadah KBC di tahun 2010. Tak puas hanya menikmati laut, kedelapan anggota KBC lantas mengambil lisensi selam pada 2012 silam. Komunitas yang diketuai Abdul Rajak ini juga mewujud menjadi event organizer trip bahari.
“Dari sisi bisnis, kami juga mengantarkan tamu-tamu, baik wisatawan domestik maupun mancanegara, yang hendak menyelam,” katanya Rio.
Kotamabopo menjadi areal konservasi karang pertama KBC. Karang-karang yang ditanam diambil dari Tanjung Rum. Program ini terbilang sukses, dengan dipanennya karang-karang tersebut setelah satu tahun pertama. Konservasi juga dilakukan di Pantai Akesahu.
“Di Pantai Akesahu sirkulasi airnya kurang bagus, sehingga kemungkinan berhasilnya kecil. Tapi tak apa, setidaknya kita sudah mencoba terlebih dulu,” ujar Rio.
Saat ini, KBC tengah memfokuskan diri menggarap Maitara. Pulau Uang Seribu itu merupakan titik transit tamu-tamu yang menyelam di sekitar Tidore. Sayang, perhatian pemerintah terhadap pulau mungil itu amat minim.
”Rata-rata tamu mengeluh kalau ke Maitara. View-nya indah, tapi fasilitasnya buruk. Ini yang ingin kami ubah,” ujar Rio.
Maka konservasi karang pun digelar di Maitara. Apalagi, sirkulasi arus di Maitara amat baik untuk penanaman modul karang. Bersama mahasiswa Universitas Negeri Khairus (Unkhair) dan Universitas Negeri Surakarta (UNS) yang tengah KKN, KBC juga membangun tag name Maitara Island.
”Minggu kemarin penanaman karang sekaligus peresmian tag name tersebut. Tiap bulan akan kami cek perkembangan karang yang dibuat dalam bentuk apartment fish tersebut,” jelas Rio lagi.
Sebelumnya, komunitas ini menjalin kerja sama dengan MNC TV untuk terlibat dalam program Let’s Go milik televisi tersebut. Hasilnya, promosi wisata gratis Tikep tayang dalam tiga segmen: wisata darat, laut, dan kuliner.
“Konsepnya kita yang usulin. Untuk wisata darat, tim Let’s Go ke benteng-benteng dan kedaton Kesultanan Tidore. Wisata lautnya menyelam di Tanjung Soa Sio melihat pecahan guci-guci peninggalan kapal karam Spanyol, dan wisata kulinernya menikmati boca (gurita, red) yang ditangkap warga Seli secara tradisional,” papar Rio.
Lantas apa tujuan konservasi ekosistem yang dilakukan KBC? Rupanya, pemeliharaan lingkungan dipandang sebagai bentuk protes paling ampuh. Langkah ini juga dianggap sebagai cara ‘mengajari’ pemerintah agar turut peduli dengan potensi wisata Tidore.
“Apalagi di sekitar Tidore dan Maitara juga masih bisa ditemukan hiu. Keberadaan hiu menunjukkan rantai makanan di sini masih amat baik, maka rasanya tidak berlebihan jika semua pihak urun rembuk menjaganya,” kata Rio.(JPG/kai/fri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sudah Dek, Minum dulu..Jangan Menangis Lagi
Redaktur : Tim Redaksi