Aktivis Gelar Bedah Buku di Sumenep, Harap HAM Harus Jadi Isu Prioritas

Jumat, 19 Januari 2024 – 17:59 WIB
Sejumlah elemen pergerakan mengatasnamakan Gerakan Regenerasi Aktivis 98 (Gerak 98) menggelar Bedah buku berjudul ‘Buku Hitam Prabowo Subianto’ di Gedung Juang, Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Kamis (18/1). Foto: Source for jpnn

jpnn.com, SUMENEP - Sejumlah elemen pergerakan mengatasnamakan Gerakan Regenerasi Aktivis 98 (Gerak 98) menggelar Bedah buku berjudul ‘Buku Hitam Prabowo Subianto’ di Gedung Juang, Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Kamis (18/1).

Buku karya Azwar Furgudyama dibedah oleh tiga aktivis Sumenep, di antaranya Mahsun Al Fuadi (Bemmus Jatim) dan Fendi Al Faris (pemuda), dan Ahmad Firdaus (mahasiswa).

BACA JUGA: Bedah Buku di Bekasi, Elemen Pemuda Minta Negara Bertanggung Jawab Atas Penculikan 98

Salah satu pembedah, Mahsun mengatakan buku tersebut sebagai sarana pengetahuan agar mahasiswa zaman ini belajar tentang sejarah perjuangan aktivis era 1998.

Dia menyebutkan buku tersebut juga menjadi ikhtiar kalangan muda dan aktivis untuk memperjuangkan dan menegakkan hak asasi manusia (HAM) yang pernah diinjak-injak di masa orde baru (orba) dan melibatkan militerisme.

BACA JUGA: Refleksi Akhir Tahun, Sorowajan Memanggil Bedah Buku Hitam Prabowo Subianto

“Terdapat fakta dari Dewan Kehormatan Perwira (DKP) dalam buku, yaitu pemberhentian Prabowo Subianto atas 12 kasus pelanggaran HAM berat, salah satunya penculikan aktivis,” ungkapnya.

Dia menjelaskan dalam buku tersebut nama Prabowo Subianto menjadi yang paling terang mulai judul hingga isi. Namun tanggung jawab atas kasus tersebut ialah semua unsur negara yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Pemilu 2024.

BACA JUGA: ALINEA Luncurkan dan Bedah Buku Anak Berjudul Bumiku Kelak, Ingatkan Pentingnya Lingkungan

“Bedah buku ini tidak ada hubungannya dengan pemilu tahun ini, namun yang jelas dalam buku itu dijelaskan bahwa keterlibatan Pak Prabowo cukup besar perannya terkait kasus pelanggaran HAM di masa itu,” jelasnya.

Sementara itu, pembedah terakhir Mohammad Efendi Alfariz memaparkan fakta sejarah kelam yang dijelaskan dalam buku tersebut bertolak belakang kebinekaan di Indonesia.

“Indonesia merupakan salah satu negara dengan keberagaman suku bangsa dan budaya yang besar di dunia. Setidaknya, ada 300 kelompok etnis dan 1.340 suku di Tanah Air, perlu kiranya menjaga keharmonisan dan kerukunan dengan menghargai pendapat dan kritikan masyarakat terhadap pemerintahan,” paparnya.

Karena itu, lanjutnya, aktivis harus memperkuat literasi, serta mencari data dan informasi sebelum mengambil tindakan selanjutnya. Sebab, pengetahuan tentang sejarah selalu bias dan berubah bersamaan dengan pergantian rezim.

“Sejarah selalu ditulis oleh pemenang atau yang berkuasa, namun bagi aktivis pemenang sejarah adalah ia yang memperjuangkan,” pungkasnya.

Untuk diketahui, kegiatan ini dihadiri oleh puluhan mahasiswa se-Sumenep, organisasi kepemudaan, BEM kampus, dan simpul gerakan mahasiswa. (tan/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sejumlah Elemen Pergerakan Bedah Buku Hitam Prabowo di Bandung


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
aktivis   Sumenep   bedah buku   Prabowo  

Terpopuler