jpnn.com - JAKARTA – Aktivis 1998, Haris Rusly kesal dengan pernyataan Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan yang mengatakan persoalan kabut asap sangat berkaitan dengan keadilan.
Saat itu, menurut Haris , Luhut menilai tak adil jika ada perusahaan yang sengaja membakar lahan, tapi pemerintah yang harus bertanggung jawab memadamkan api.
BACA JUGA: Sistem E-PUPNS Lemot, Ini Alasan Kepala BKN
Ia menganggap ucapan Luhut itu bisa menyakiti hati masyarakat. “Ucapan ‘masa pemerintah yang mau madamin? Kalau kau bilang ini bencana nasional, enak di mereka', itu adalah sebuah pernyataan sangat picik, tidak bertanggungjawab dan tidak pantas keluar dari mulut seorang pejabat negara setingkat Menkopolhukam,” sesal Haris di Jakarta, Sabtu (24/10).
Haris menyatakan, para aktivis setuju keadilan perlu ditegakkan karena keserakahan penguasaan jutaan hektare lahan oleh pengusaha menyebabkan kerusakan lingkungan. Keserakahan tersebut telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang sangat hebat dan telah memakan korban jiwa, bahkan puluhan juta orang terserang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Namun, ia sangat berharap ucapan-ucapan demikian tidak keluar dari pejabat negara seperti Luhut.
BACA JUGA: Tjahjo Yakin Partai Pendukung Jokowi Tak Keberatan Jatahnya Diambil PAN, Masa Sih?
“Banyak orang sedang bertarung nyawa karena asap. Sementara di Jakarta, pemerintah yang diamanatkan oleh konstitusi, melindungi segenap tumpah darah Indonesia, masih berpikir untung rugi mirip pedagang klontongan dalam mengambil sebuah kebijakan untuk tindakan penyelamatan,” imbuh Haris.
Haris juga menyesalkan karena sebagian pihak pembela pemerintah tampak sibuk menebar argumentasi bahwa kebakaran hutan adalah isu yang dimainkan oleh kekuatan antipemerintah.
BACA JUGA: Curiga Sengaja Munculkan Polemik Risma Tutupi Kasus NasDem
Dibanding menebar isu demikian, menurut Haris, pemerintah seharusnya menjadi lebih antisipatif terhadap el nino yang terjadi sepanjang tahun ini.
Ia juga mengatakan keberangkatan Presiden Jokowi ke Amerika Serikat akan mempermalukan Indonesia karena ia pergi saat kabut asap sedang pekat.
“Kunjungan kerja presiden ke Amerika akan mempermalukan dirinya di mata dunia internasional yang sangat sensitif dengan isu lingkungan hidup. Karena saat yang sama sedang berlangsung kabut asap dan karlahut (kebakaran hutan dan lahan),” tandas Haris. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aktivis Ini Dukung Presiden Ganti Jaksa Agung
Redaktur : Tim Redaksi