BACA JUGA: Mahasiswi dan Karyawan Digerebek di Hotel
Pasalnya, dentuman dan debu vulkanik dirasakan warga meningkat sejak pekan lalu"Kami ingin mempertanyakan
BACA JUGA: Jefferson Ajak Sekda Masuk Penjara
Sebenarnya, kondisi Gunung Anak Krakatau sudah berbahaya atau tidak untuk warga? Kami minta diperjelasSyaeful juga mengaku merasakan dentuman Gunung Anak Krakatau dalam sehari terjadi berkali-kali
BACA JUGA: Pulau Kecil dan Pinggiran Minim PNS
"Jumlahnya sudah tidak terhitung lagi," ujarnya kemarin.Bahkan dia mengaku, sejak pekan lalu harus selalu membersihkan rumahnya dari debu vulkanikSelain itu, Syaeful juga mengaku lebih dari dua kali melihat semburan api dari kawah Gunung Anak Krakatau"Saya dengar, alat deteksi untuk memantau aktivitas Gunung Anak Krakatau tidak berfungsiIni yang membuat kita resah," cetusnya lagi.
Keresahan warga juga terjadi lantaran hingga kini pemerintah belum juga memberikan tanda bahaya dan peningkatan status terhadap kondisi gunung berapi tersebut"Apa aktivitas Gunung Anak Krakatau yang belakangan ini cukup berbahaya, tidak cukup menaikkan statusnya? Kami tidak ingin jadi korban," ungkapnya pula.
Senada, Badrussalam, warga perbatasan Anyer-Carita, Kabupaten Serang, mengatakan bahwa dirinya dikejutkan dengan dentuman dan semburan api yang keluar dari perut salah satu gunung api yang aktif di tanah air itu"Senin (24/1) subuh pukul 03.45, Gunung Anak Krakatau mengeluarkan semburan api tiga kaliSaya dan istri sempat panik," terangnya kepada Indopos kemarin.
Dia juga mengatakan, sebelumnya semburan yang sama juga pernah terjadi pada pertengahan Desember 2010 lalu"Saya terkaget-kaget dengan semburan api yang beberapa hari ini tensinya meningkatSemburan terjadi berkali-kali dalam satu momenSaya kira, keresahan saya sama dengan warga lainnya," cetusnya lagi, sambil menyebut juga khawatir jika kondisi Gunung Anak Krakatau semakin memburuk.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Anton S Triambudi mengakui, aktivitas gunung api itu memang meningkat beberapa hari belakanganSayangnya, dia tidak bisa merinci jumlah aktivitas gunung itu, lantaran alat pendeteksi (termograf) masih rusak setelah tertutup debu vulkanik.
Akibatnya, petugas di Pos Pemantau di Desa Pasauran melakukan pemantauan secara manual"Semburan debu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau juga membawa material batu kerikil yang panasBatu ini sangat berbahaya jika kena makhluk hidup," ungkapnya.
Anton juga membenarkan adanya semburan api berkali-kali dari kawah gunung itu pada Minggu (23/1) dini hari kemarin"Semburan api setinggi 50 meter lebihTerjadi berkali-kaliTapi hingga kini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung masih belum meningkatkan status Gunung Anak Krakatau saat ini," ungkapnya lagi.
Saat ini, status Gunung Anak Krakatau masih level II atau waspada"Masyarakat masih dilarang berada kurang dari 2 kilometerKarena memang berbahaya," cetus Anton pula(bud)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bahaya Merapi Hingga Tiga Tahun
Redaktur : Tim Redaksi