Akumulasi Bencana BPNB: Hidrometeorologi Basah Mendominasi

Sabtu, 04 September 2021 – 11:30 WIB
BNPB merilis data bencana yang terjadi sepanjang Januari hingga Agustus 2021, didominasi oleh hidrometeorologi basah. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data akumulasi peristiwa bencana alam Januari-Agustus 2021 mencapai 1.805 kejadian.

"Selama periode ini, bencana hidrometeorologi basah masih mendominasi," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (4/9).

BACA JUGA: BNPB dan Pakar Ingatkan soal Tsunami Krakatau, Penting

Muhari memerinci peristiwa banjir sebanyak 733 kejadian, cuaca ekstrem 475, tanah longsor 342, karhutla 205, gempa bumi 23, gelombang pasang dan abrasi 22 dan kekeringan sebanyak lima kejadian.

Dia menjelaskan dampak dari sejumlah bencana tersebut, mengakibatkan korban meninggal dunia sebanyak 508 jiwa, hilang sebanyak 69 jiwa, luka-luka sebanyak 12.881 jiwa dan mengungsi atau menderita sebanyak 5,8 juta jiwa.

BACA JUGA: BNPB Telah Dirikan Puluhan Ribu Fasilitas Isolasi Mandiri

Sementara itu pada bencana nonalam, yakni pandemi COVID-19 data sejak awal penanganan hingga 31 Agustus 2021 total jumlah kasus konfirmasi positif mencapai 4.089.801 dengan penambahan kasus harian 10.534.

"Total kasus sembuh mencapai 3.760.497 dengan kasus sembuh harian 16.781," katanya.

BACA JUGA: BNPB Tangani Lonjakan Kasus Covid-19 di Bangkalan

Selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada periode awal Juli hingga awal September 2021, kata Muhari, persentase kasus positif turun dengan selisih minus 8,18 persen, sedangkan persentase angka kesembuhan naik 7,57 persen.

Muhari mengatakan seiring dengan kenaikan angka kesembuhan, persentase keterpakaian tempat tidur isolasi secara nasional mengalami penurunan dengan selisih hingga minus 52 persen.

"Pemerintah telah menetapkan konsep penanganan COVID-19 menjadi pengendalian, di mana targetnya adalah mengubah pandemi menjadi endemi," katanya.

Muhari menyebut konsep tersebut menerapkan strategi 3M (menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan) serta strategi 3T (testing, tracing dan treatment) hingga memperluas jangkauan program vaksinasi sampai target pandemi menjadi endemi tercapai.

"Masyarakat tentu saja diharapkan tetap disiplin 3M dan mau di vaksinasi. Ibarat menggunakan payung saat hujan, payung tentu saja tidak bisa menghentikan hujan, tetapi dia bisa melindungi sebagian badan kita dari terpapar hujan," katanya.

Muhari menambahkan protokol kesehatan dan vaksinasi tidak bisa menjamin bisa mengentaskan pandemi.

"Tetapi protokol kesehatan dan vaksinasi bisa melindungi kita dari potensi terpapar dan pemburukan jika terpapar," katanya. (antara/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!

BACA ARTIKEL LAINNYA... Letjen Ganip Warsito menjadi Kepala BNPB, Menggantikan Doni Monardo


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler