Konflik terkait Papua di Indonesia tidak hanya terjadi jalanan lewat aksi protes dan pengerahan militer Indonesia, tapi juga di dunia maya, menurut seorang penyelidik independen. External Link: Twitter Ben

BACA JUGA: Pemimpin Zimbabwe Robert Mugabe Meninggal di Singapura Dalam Usia 95 Tahun

Benjamin Strick yang juga seorang penyelidik Open Source mengatakan selain pembatasan internet yang telah menyebabkan layanan bagi warga Papua terganggu, kini ditemukan sebuah network atau jaringan akun bot yang menyebarkan konten-konten yang mendukung pemerintah Indonesia melalui jejaring sosial.

Kepada ABC, Benjamin mengaku telah melakukan investigasi pada seluruh unggahan di Twitter dengan tag #WestPapua dan #FreeWestPapua, antara tanggal 29 Agustus hingga 2 September.

BACA JUGA: Visa MigranTetap Ke Australia Terendah Dalam 10 Tahun

Data yang ia miliki kemudian divisualisasikan dengan menggunakan sebuah program online.

"Saya kemudian dapat melakukan analisa network untuk melihat siapa para influencer dari dua topik tadi," ujar Ben yang juga kontributor Bellingcat, sebuah situs jurnalisme investigasi dan pengecekan fakta yang berbasis di Inggris.

BACA JUGA: “Misalnya Ada Penembakan di Gunung, Kita Sulit Akses”, Cerita Pembatasan Internet di Papua

Benjamin mengaku ia menemukan banyak otomotisasi yang datang dari sebuah newtork.

"Setelah diselidiki mereka semua adalah bots yang mempromosikan kegiatan pemerintah Indonesia di Papua Barat."

Lantas darimanakah Benjamin mengetahui jika akun-akun tersebut adalah bot?

Dari penyelidikannya ia menemukan penggunaan foto palsu dalam akun-akun tersebut, dengan menggunakan foto dari bintang pop di Korea Selatan atau Jepang, hingga foto warga biasa di Amerika Serikat.

Akun-akun tersebut juga menurutnya mengunggah di waktu yang sama, dengan pola, jenis konten dan pola algoritma yang sama. Mereka juga terkait dengan akun-akun di jejaring sosial lainnya, seperti di Facebook dan Instagram. Photo: Tidak diketahui pasti siapa pemiliknya, akun-akun bots promosikan sejumlah kegiatan pemerintah Indonesia di Papua. (Foto: Bellingcat, Benjamin Strick)

"Kebanyakan material tersebut adalah konten video infografik yang menunjukkan kinerja yang dilakukan pemerintah di papua," ujarnya.

"Atau soal dana yang digelontorkan untuk membantu pelajar Papua dan bagimana warga Papua menghromati bendera Indonesia dan bangga sebagai bagian dari Indonesia."

Meski ia tidak mengatakan akun-akun bot ini dibuat pemerintah Indonesia, tapi menurutnya jaringan ini memiliki agenda, yakni mendukung pemerintah Indonesia.

"Mereka mencoba memutarbalikkan kenyataan apa yang sebenarnya terjadi di Papua."

Yang membuat menarik bagi Benjamin adalah beberapa konten menggunakan Bahasa Inggris dan banyak dari akun-akun Twitter tersebut baru dibuat dalam tiga bulan terakhir.

Pemerintah Indonesia sebelumnya telah menuduh adanya keterlibatan pihak asing terkait kerusuhan di Papua dan empat warga Australia telah dideportasi karena dianggap telah ikut unjuk rasa, meski tak ada bukti kuat.

"Jadi saat jurnalis independen ingin tahu soal apa yang terjadi di Papua lewat Twitter dengan kata kunci 'West Papua', maka yang ditemukan adalah betapa hebat dan baiknya pemerintah Indonesia terhadap warga Papua."

Benjamin mengatakan ia sengaja menyampaikan penyelidikannya lengkap dengan langkah-langkah cara melakukannya, termasuk di situs Bellingcat.

"Jika ada yang ingin menyerang hasil temuan saya, mereka bisa mengikuti langkah-langkah yang saya jelaskan dan akan melihat jika hasilnya sama."

Ia mengaku telah banyak mendapatkan tanggapan, termasuk ancaman dari pengguna jejaring sosial di Indonesia, namun beberapa diantaranya pun ia identifikasi sebagai akun bot.

Beberapa akun bot sudah dinyatakan 'suspended' di Twitter dan hal ini hanya bisa dilakukan oleh pihak Twitter sendiri.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dia Membela Siapa Saja: Benny Wenda Sesalkan Penetapan Veronica Koman Sebagai Tersangka

Berita Terkait