jpnn.com, JAKARTA - Pakar keamanan siber Pratama Persadha angkat bicara menanggapi peretasan terhadap akun media sosial YouTube Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Pratama menebut insiden yang dialami Ganjar Pranowo merupakan pengingat bagi para pengguna media sosial, untuk senantiasa memperkuat keamanan akun.
BACA JUGA: Ganjar Pranowo Dapat Dukungan jadi Presiden 2024 dari Sumsel
Langkah ini diperlukana agar akun tidak mudah dibobol oleh peretas.
Pratama kemudian membagikan tips agar akun tidak mudah diretas.
BACA JUGA: Akun Twitter Pemerintah Kota Bekasi Diretas, Ini Pelakunya, tak Disangka
Pertama, mengamankan akun dengan menjaga kata sandi (password) email yang digunakan saat mendaftar.
“Sebagai langkah preventif, prinsipnya wajib untuk mengamankan akun Gmail sebagai akun utama YouTube."
BACA JUGA: Saran dari Prof Romli untuk Penanganan Kasus Dugaan Mafia Minyak Goreng, Begini
"Karena pelaku hacking (peretasan) channel (akun) YouTube akan menyasar pada potensi paling lemah dari akun tersebut,” ujar Pratama di Jakarta, Selasa (26/4).
Ketua Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC ini lebih lanjut mengatakan, dalam banyak kasus peretasan, termasuk yang terjadi pada kasus akun YouTube Ganjar, peretas kerap mengincar kelemahan email admin atau pengelola akun.
“Biasanya pelaku harus tahu email apa saja yang mengelola akun tersebut, kurang lebih sama seperti peretasan pada fan page FB (Facebook), yang disasar pelaku adalah akun pengelola atau admin,” katanya.
Jika akun pengelola berhasil diretas dan dikuasai oleh pembobol, maka mereka bisa mengubah informasi bahkan menghapus akun.
“Kasus itu mirip dengan yang dialami dengan channel (YouTube) keluarga Halilintar beberapa waktu lalu, yang diubah namanya, tetapi jika dicek videonya masih ada,” kata Pratama.
Dosen pascasarjana Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) kemudian memaparkan model peretasan yang cukup umum, yakni phising.
Peretasan model ini merupakan kejahatan siber yang berusaha memperoleh data pribadi korban melalui email, pesan teks, dan unggahan di media sosial.
Pelaku phising sering mengincar alamat email pengelola akun.
“Dalam mengelola (akun) YouTube memang dimungkinkan admin lebih dari satu, karena itu email para admin dan pengelolanya harus ditingkatkan keamanan dan edukasi pengamanannya,” kata dia.
Dia pun memberi tips bagi para pengelola akun media sosial untuk memasang autentikasi dua lapis pada email, bahkan jika perlu menambah token untuk membuka email pengelola.
“Pengamanan dari Google sebenarnya sangat berlapis, bahkan untuk mengubah informasi channel YouTube sebenarnya butuh verifikasi tambahan bila dideteksi dilakukan dari perangkat yang asing dan mencurigakan,” kata Pratama.
Jika pengguna masih belum yakin dengan keamanan akun dan email-nya, Pratama mengusulkan agar memeriksa status keamanan di tautan laman monitor.firefox.com.
“Hasil penelusuran akan memperlihatkan data platform yang berhasil diretas, dan pada saat mengetahui ada kebocoran data, harus segera mengganti password email maupun platform lain,” katanya.
Pratama menambahkan, jika kesulitan mengingat password karena banyaknya layanan, pengguna dapat menggunakan aplikasi misalnya password manager yang dapat diunduh bebas di gawai (smartphone) dan laptop.(Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang