jpnn.com - Lola Amaria memperkenalkan karya terbarunya di industri perfilman tanah air. Aktris yang juga berprofesi produser dan sutradara itu membingkai keindahan Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo lewat film berjudul Labuhan Hati.
Tak hanya keindahan alam, dan pegunungannya yang dikelilingi lautan nan biru. Lola-sapaan akrabnya ,- pun mengeksplore keindahan laut kawasan yang sejak lama menjadi destinasi favorit wisatawan baik lokal maupun mancanegara tersebut.
BACA JUGA: Dua Karya Anak Bangsa Diluncurkan di Hari Film Nasional
”Kami sadar betul, kawasan ini luar biasa indah sampai binggung memilih mana saja sudut-sudut keindahan alam yang akan digunakan dalam film ini,” ujar Lola Amaria saat prescreening film Labuhan Hati di kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Berbeda dari film-film sebelumnya. Lola tak memotret kehidupan sosial masyarakat setempat. Sebaliknya, lewat keindahan alam dan laut Labuhan Bajo serta Pulau Komodo.
BACA JUGA: Cium Pipi Ahok, Lola Amaria....
Lola menyuguhkan drama 3 perempuan berbeda usia dan karakter dan seorang pria yang bergelut untuk menyelesaikan masalahnya masing-masing.
”Orang bilang film-film saya kan berat. Tapi, di sini saya mencoba untuk mengikuti pasar,” ujarnya.
BACA JUGA: Marcel Ngebut di Jembatan Suramadu
Tiga perempuan tersebut diperankan oleh Nadine Chandrawinata, Kelly Tandiono dan pendatang baru Ully Triani. Lewat permainan watak para aktor dan aktris, kekuatan akan cerita yang disuguhkan Lola tak jauh beda dengan film-film sebelumnya.
”Saya mengikuti pasar tanpa menghilangkan warna yang saya punya,” katanya.
Cerita yang ditulis oleh Titien Wattimena ini berkisah tentang Bia, ibu satu anak yang datang ke kepulauan Komodo untuk menyepi. Kopernya penuh baju-baju perancang kelas atas, sekaligus buku-buku self development yang sebenarnya dia sudah hafal luar kepala.
Dia ditemani Indi, perempuan berusia 32 tahun yang sedang menyiapkan diri untuk menikah. Namun dia tak bisa lepas dari laut, dan memutuskan untuk menyelam sebelum menikah.
”Perempuan sering ditafsirkan sebagai manusia yang sulit ditebak. Kalimat ini sering kami dengar dari banyak sumber, terutama dari pihak laki-laki. Ada yang mengesankan secara serius ada juga yang hanya just kidding. Film ini dikemas untuk menceritakan who are women and what women really want,” ujar Lola.
Bia yang dimainkan Kelly Tandionom dan Indi yang diperankan Nadine Chandrawinata bertemu dengan gadis dari pesisir Sulawesi Utara yang setahun terakhir bekerja di resort Pulau Sebayur, Maria.
Sosok Maria yang di perankan Ully Triani memiliki masalah yang berbeda. Dia merasa kehilangan cintanya dan merasa alam yang membuat kulitnya tak secantik perempuan pada umumnya itu kehilagan tunangannya.
Dan, alam yang membuatnya menjadi penyelam handal itu membuatnya berpikir penyebab mengapa kekasihnya dulu berselingkuh dan meninggalkannya. Padahal, dibalik warna kulitnya yang hitam tersebut ada pria yang memperhatikannya.
Mengambil keindahan alam, dan pegunungannya yang dikelilingi lautan nan biru. Serta mengeksplore keindahan laut memang membutuhkan perjuangan. Bersama pemain dan kru, lola pun harus berada di ditengah lautan dan naik turun bukti.
”Ya, naik turun bukit, air terjun. Syutingnya satu bulan. Yang paling sulit saat syuting di Pulau Komodo, (karena lautnya) terkenal dengan arusnya yang kuat. Ada safety diver yang ikut menyelam saat syuting agar tetap aman," ujar Lola.
Tak hanya itu, demi mendapatkan pemandangan yang eksotis dan mengagumkan, Lola juga menugaskan tim produksi untuk mengambil gambar Manta, atau spesies terbesar dari jenis ikan pari.
”Kami nggak bisa memprediksi kapan dan jam berapa (datangnya Manta). Sehari sampai empat kali diving tapi nggak dapat (melihat) Manta. Kalau begini otomatis budget-nya (membengkak)," terangnya. (ash)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pirate Brothers Raih Penghargaan International
Redaktur & Reporter : Adil