jpnn.com - AMERIKA SERIKAT - Maksud hati merayakan hari kemerdekaan Amerika Serikat secara spesial, aksi Devon Staples malah mengakhiri nyawanya sendiri.
Devon dan teman-temannya sedang minum dan memasang kembang api pada Sabtu malam di halaman seorang temannya di Maine. Hal itu disampaikan juru bicara Departemen Keselamatan Publik negara bagian Maine, Stephen McCausland.
BACA JUGA: Yunani-Kreditur Eropa Kembali Gelar Pertemuan
Staples yang tinggal di Calais, sebuah kota kecil di perbatasan Kanada meletakkan pelontar kembang api di kepalanua dan meminta teman-temannya untuk menyalakan sumbunya. Teman-tmannya menyuruh dia untuk menghentikan aksinya.
"Dia pikir itu adalah ide yang hebat," ujar McCausland yang dilansir dari Associated Press.
BACA JUGA: Astaga, Pasangan Ini Nekat Begituan di Pantai dan Dilihat Balita
"Teman-temannya berupaya menghalangi dia, namun yang terjadi selanjutnya Staples menyalakan kembang api dan dan ia tewas seketika."
BACA JUGA: Meski Menuai Protes, 20 Gajah Zimbabwe Tetap Diterbangkan ke Tiongkok
Devon Staples. Foto: Facebook
Saudara Staples, Cody mengungkapkan pada sebuah harian New York bahwa ia hanya beberapa kaki jauhnya ketika adiknya menyalakan kembang api. Ia juga menjadi yang pertama berada di sisi Staples ketika kembangapi itu meledak.
"Tak ada yang cepat membawa Devon ke rumah sakit. Ketika kami tiba di rumah sakit, Devon sudah pergi," kata pria 25 tahun itu. Ia menyebut musibah itu sebagai sebuah kecelakaan.
"Devon bukan orang yang melakukan sesuatu yang bodoh. Ia hanya seseorang yang berpura-pura melakukan sesuatu yang bodoh agar orang lain tertawa," kata dia.
Kematian Staples merupakan kematian pertama karena kembang api di Maine sejak negara bagian itu melegalkan Kembang Api pada 1 Januari 2012. Ketika itu para pembuat undang-undang memungut suara untuk mencabut larangan kembangapi. Mereka beralasan, industri itu bisa menciptakan pekerjaan dan menambah pendapatan wilayah. (ray/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Caesar Merajalela, Pemerintah Brasil Berlakukan Aturan Baru Melahirkan Itu Normal
Redaktur : Tim Redaksi