jpnn.com - HARUS diakui bahwa bergosip adalah salah satu kegiatan yang paling sering dilakukan oleh banyak orang. Di sekolah, di kampus, di kantor, atau bahkan di rumah, bergosip adalah kegiatan yang bisa terjadi di mana saja.
Menurut seorang psikologi sosial asal Prancis, Laurent Begue, bergosip bagaikan guilty pleasure bagi banyak orang. Orang-orang sudah tahu bahwa bergosip itu adalah hal yang tidak seharusnya dilakukan, tapi nyatanya malah paling umum dilakukan.
BACA JUGA: Minum Kopi Bisa Kurangi Risiko Kanker Usus
"Karena, sekitar 60 persen dari gosip itu kan adalah hal-hal yang sebenarnya tidak sedang terjadi. Bahkan bisa dikatakan sebagai judgement," kata Begue, seperti dilansir laman Net Doctor UK, Rabu (9/4).
Seorang jurnalis dan kritikus senior Inggris, Nicholas Lezard menyatakan bahwa bergosip itu menghadirkan hasrat berperilaku yang tidak akan dapat memuaskan. Itulah sebabnya orang akan terus bergosip karena mereka tidak akan puas jika hanya bergosip sekali.
BACA JUGA: Temuan Terbaru, 1 dari 68 Anak Terkena Autisme
Selain membangun ikatan sosial yang lebih kuat, bergosip ternyata juga berperan bagi pengembangan otak.
Orang yang suka bergosip akan merasa perlu menjaga ingatannya untuk menyebarkan gosip tersebut. Inilah salah satu faktor yang vital dalam pengembangan otak.
BACA JUGA: Terpikat Kebaya Bermata Merak
Walaupun demikian, gosip tetaplah dinilai sebagai perilaku yang tidak seharusnya untuk dilakukan. Bergosip adalah suatu aktivitas yang sangat berisiko buruk. "Sebuah penelitian menunjukkan bahwa bergosip bisa berisiko menciptakan rasa ketidakpercayaan," pungkas Begue. (fny/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Peneliti Temukan Metode Sederhana Deteksi Kanker
Redaktur : Tim Redaksi