Alasan Sri Mulyani APBN 2019 Mengalami Defisit

Selasa, 07 Januari 2020 – 13:20 WIB
Menkeu Sri Mulyani bicara pengalihan jabatan eselon III dan IV ke fungsional. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari Januari hingga Desember 2019 sebesar Rp353 triliun atau 2,2 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Defisit tersebut merupakan 119,3 persen terhadap pagu APBN yaitu Rp296 triliun atau 1,84 persen terhadap PDB serta meningkat 31 persen (yoy) dibandingkan 2018 yaitu Rp269,4 triliun atau 1,82 persen terhadap PDB.

BACA JUGA: Defisit APBN Melebar, Mbak Puan Soroti Penambahan Utang Luar Negeri

“Defisit itu karena pendapatan negara tertekan sedangkan belanja negara terjaga,” katanya di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (7/1).

Penerimaan negara sepanjang 2019 total, kata Sri Mulyani, realisasinya mencapai Rp1.957,2 triliun atau 90,4 persen dari target APBN yaitu Rp2.165,1 triliun.

BACA JUGA: Upaya Sri Mulyani Diyakini Mampu Mendongkrak Penerimaan Pajak

Angka itu, kata Sri, merupakan realisasi hingga 31 Desember 2019 pada pukul 24.00 waktu setempat. Angka itu masih bersifat sementara sebab masih dalam proses audit oleh pihak Badan Pemeriksa Keuangan.

Menurut Sri Mulyani, penerimaan negara tersebut masih mampu meningkat 0,7 persen (yoy) dibandingkan realisasi 2018 yang sebesar Rp1.943,7 triliun meskipun gejolak dunia sangat dirasakan pada tahun tersebut.

BACA JUGA: Benarkah Reynhard Sinaga Seorang Psikopat?

Ia merinci pendapatan negara itu berasal dari penerimaan perpajakan yang sepanjang 2019 sebesar Rp1.545,3 triliun, penerimaan negara bukan pajak Rp405 triliun, dan hibah Rp6,8 triliun.

Sedangkan dari sisi belanja negara sepanjang 2019 telah terealisasi Rp2.310,2 triliun atau 93,9 persen terhadap target APBN Rp2.461,1 triliun yang terdiri atas belanja pemerintah pusat Rp1.498,9 triliun serta transfer daerah dan dana desa Rp811,3 triliun.

Melalui realisasi pendapatan dan belanja itu, kata dia, membuat defisit keseimbangan primer melonjak yaitu Rp77,5 triliun atau jauh lebih tinggi dari target APBN Rp20,1 triliun.

“Kalau dari sisi pembiayaan anggaran itu mencapai Rp399,5 triliun atau 134,9 persen dari pagu yakni Rp296 triliun,” ujarnya.

Di sisi lain, ia mengatakan defisit Indonesia masih lebih baik dibandingkan beberapa negara lain seperti Vietnam mencapai 4,4 persen PDB, Cina 6,1 persen PDB, Afrika Selatan 6,2 persen PDB, India 7,5 persen PDB, Amerika Serikat 5,6 persen PDB, dan Brasil 7,5 persen PDB.

“Jadi kalau kita lihat kombinasi pemerintah dalam menjaga fiskal untuk mampu mendorong ekonomi dan defisit melebar tapi jauh lebih rendah dari peer emerging countries lain,” katanya. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Fajar W Hermawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler