jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti defisit APBN 2019 yang melebar dan membuat utang negara bertambah. Menurutnya, Badan Anggaran (Banggar) dan Komisi XI DPR harus mencermati penambahan utang luar negeri itu.
Legislator PDI Perjuangan itu mengatakan, memang pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berupaya menggenjot konsumsi dengan memberikan stimulus untuk mendongkrak daya beli masyarakat. “Pelebaran defisit perlu dilakukan karena pemerintah juga harus memberikan stimulus kepada masyarakat, terutama di daerah untuk bisa menjaga daya beli,” ujar Puan dalam catatan akhir tahun tentang kondisi perekonomian nasional di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (2/12).
BACA JUGA: Jangan Remehkan Jebakan Utang Luar Negeri
Menurut Puan, di satu sisi pelebaran defisit APBN diperlukan untuk meningkatan daya beli masyarakat. Namun, di sisi lain defisit anggaran juga membuat pemerintah menambah utang.
“Melebarnya defisit APBN karena pemerintah butuh tambahan ruang fiskal, tetapi konsekuensinya akan ada penambahan utang luar negeri,” tutur Puan.
BACA JUGA: Defisit Melebar, Rizal Ramli: Kalau Solusinya Selalu Sama, Ya Jadi Beban
Merujuk keterangan Direktur Jenderal Pengelolaan, Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Luky Alfirman, defisit APBN terhadap PDB selama 2019 bisa mencapai kisaran 2 hingga 2,2 persen. Angka itu naik dari target dalam APBN 2019 yang dipatok sebesar 1,87 persen.
Oleh karena itu Puan meminta Banggar dan Komisi XI DPR mengajak pemerintah mencari solusi bagi pelebaran defisit. Mantan menteri koordinator pembangunan manusia dan kebudayaan itu tak mau defisit fiskal membuat utang pemerintah melewati batas aman.
BACA JUGA: Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp 5.463 Triliun
“Pelebaran defisit APBN memang diperlukan untuk menggerakan perekonomian, namun harus diyakinkan bahwa itu dalam batas yang aman karena terkait penambahan utang luar negeri,“ katanya.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jurus Mbak Puan untuk Dongkrak Kinerja DPR Kian Moncer
Redaktur & Reporter : Antoni