Alasan Tak Punya Biaya Pakan, Jual 31 Sapi Bantuan

Jumat, 06 September 2013 – 23:02 WIB

jpnn.com - TULUNGAGUNG - Kasus bantuan sapi dari pemerintah pusat yang dijual kelompok tani kembali terjadi. Sebelumnya, penjualan bantuan tersebut dilakukan kelompok tani di Desa Bendilwungu, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung. Namun, kali ini yang penjualan sapi-sapi itu dilakukan kelompok tani di Desa Wates, Kecamatan Sumbergempol.

Bahkan, kelompok tani tersebut menjual seluruh sapi bantuan yang berjumlah 31 ekor. Akibatnya, program yang dicanangkan pemerintah pusat untuk memproduksi pupuk kompos dipastikan mandek.

BACA JUGA: Krisis SIM di Jatim Meluas

Menurut salah seorang warga Desa Bendilwungu, Kecamatan Sumbergempol, dia menyayangkan tindakan kelompok tani desa setempat yang menjual seluruh sapi bantuan pemerintah pusat.

Dia mengungkapkan, kelompok tani desa setempat sejatinya memperoleh 35 ekor. Namun, karena minimnya perawatan, empat di antaranya mati. "Kini sapi bantuan tersebut tersisa 31 ekor," kata pria yang identitasnya enggan dikorankan.

BACA JUGA: Ajak Warga Bali Tanam Mangrove di Sekitar Tol

Anggota kelompok tani tersebut menjelaskan, 31 ekor sapi itu sekarang sudah tidak ada di kandang. Diduga, sapi-sapi tersebut dijual ketua kelompok tani sejak dua bulan lalu. Padahal, jika seluruh sapi bantuan itu dijual, warga sekitar dan anggota kelompok tani otomatis bakal kehilangan pekerjaan. Sebab, aktivitas warga sekitar dan anggota kelompok tani berasal dari sapi bantuan tersebut. Yakni, memanfaatkan kotoran sapi untuk dibuat kompos.

"Kini tidak ada aktivitas dan kami tidak bisa lagi mencari pupuk kompos," jelasnya.

BACA JUGA: Presiden Resmikan Bandara Ngurah Rai Seminggu Lagi

Selain itu, pihaknya mempertanyakan uang hasil penjualan sapi tersebut. Sebab, hingga kini anggota kelompok tersebut tidak mengetahui larinya uang hasil penjualan sapi itu.

Pria berbadan tegap tersebut berharap ketua kelompok ternak agar mengembalikan sapi bantuan itu supaya bisa dimanfaatkan anggota dan warga sekitar. Sementara itu, Ketua kelompok Tani Harapan Makmur Desa Wates, Kecamatan Sumbergempol, Budiono ketika dikonfirmasi membenarkan bahwa dirinya sudah menjual seluruh sapi bantuan pemerintah pusat yang diperoleh sejak 2011 lalu.

Pria berkulit putih tersebut menjelaskan, pihaknya terpaksa menjual seluruh sapi lantaran kehabisan biaya untuk membeli pakan ternak. Biaya pemeliharaan sapi-sapi itu tidak murah, sedangkan pupuk kompos yang diproduksi belum berjalan lancar. ''Setidaknya, kami butuh Rp 400 ribu per hari untuk membiayai pemeliharaan sapi, sedangkan kami belum ada pemasukan dari hasil penjualan pupuk kompos,'' ungkapnya.

Saat ini kompos yang dihasilkan memang tidak diperjual belikan tetapi hanya dimanfaatkan petani desa setempat. Akibatnya, dirinya harus memutar otak untuk mencari jalan keluar guna menutupi pembengkakan biaya pakan. Yakni, pihaknya menjual sapi ternak senilai Rp 7,5 juta per ekor. Selanjutnya, dirinya membeli sapi seharga Rp 6 juta per ekor untuk diternak kembali. "Nah, laba Rp 1,5 juta itulah yang nantinya kami gunakan untuk membeli pakan," jelasnya.

Langkah tersebut sudah dilakukan tiga kali dalam rentang dua tahun. Namun, setelah 31 ekor sapi yang dijual dua bulan lalu, kini pihaknya mengaku belum membeli sapi ternak tanpa alasan yang jelas. "Kan, sisa kotoran sapi masih belum habis. Jadi, meski sapi belum datang, kami masih bisa mengolah kotoran untuk dijadikan pupuk," kata Budiono. (ful/and/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Calon Gubernur Riau Bayar Rp1 Juta untuk Tiap Bukti Kecurangan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler