Alhamdulillah, Situasi di Sri Lanka Mulai Terkendali

Kamis, 16 Mei 2019 – 23:59 WIB
Tentara Sri Lanka berjaga di depan salah satu masjid di Kolombo. Foto: AFP

jpnn.com, KOLOMBO - Sri Lanka akhirnya melalui malam yang tenang Selasa lalu (14/5). Setelah dua hari berturut-turut ricuh, pemerintah akhirnya berhasil menenangkan massa yang marah terhadap komunitas muslim. Selain mencari provokator, mereka kembali berfokus untuk menyelidiki jaringan teroris di balik serangan Paskah 21 April lalu.

Jam malam yang diberlakukan sejak Selasa hingga Rabu pagi (15/5) benar-benar efektif. Tak ada lagi kerusuhan susulan. Meskipun, kaum muslim Sri Lanka, terutama di Provinsi Barat Laut (North West Province), masih resah. Mereka ragu apakah upaya pihak berwenang bisa menekan emosi warga.

BACA JUGA: Muslim Sri Lanka Terus Jadi Sasaran, Polisi dan Tentara Tak Berdaya

"Saudara-saudara kami masih takut untuk keluar," ujar M.I.M. Siddeeque, ulama di daerah Bingiriya, kepada Agence France-Presse. Senin lalu dua ribu orang mengamuk di wilayah tersebut dan menghancurkan masjid serta bangunan milik muslim lainnya.

Jubir militer Sumith Atapattu menyanggah ketakutan tersebut. Dia meyakinkan bahwa situasi sudah terkontrol. Tak ada lagi kekerasan pada malam hari. Melalui rekaman CCTV, mereka melacak satu per satu tersangka yang diduga ikut melakukan kekerasan.

BACA JUGA: Konflik Antaragama Makin Parah, Sri Lanka Blokir Medsos

"Sampai saat ini, sudah ada 80 orang yang kami tahan," imbuh Ruwan Gunasekera, jubir kepolisian Sri Lanka.

Dari puluhan orang yang ditangkap, nama Amith Weerasinghe mencuat. Dia adalah salah seorang tokoh komunitas Budha Sinhala, kaum mayoritas Sri Lanka, yang terkenal dengan paham antimuslim. Dia masih berstatus bebas bersyarat karena kasus serupa yang dilakukan di Distrik Kandy pada Maret 2018.

BACA JUGA: Gereja Sri Lanka Gelar Misa Pertama Sejak Teror Paskah

Selain itu, ada Namal Kumara. Dia adalah pembelot dari angkatan udara yang diduga memimpin massa untuk menyerang aset-aset muslim. Menurut regulasi, para pembuat kerusuhan itu diancam hukuman sampai 10 tahun penjara.

Kepolisian Sri Lanka memastikan bahwa respons polisi bakal lebih sigap. Mereka sudah memindahkan petinggi di beberapa daerah rawan yang dianggap terlalu pasif. Mereka berjanji menggunakan kekuatan maksimal untuk menjaga keamanan muslim selama Ramadan.

"Negara ini (Sri Lanka) sedang berusaha maju dari pengalaman pahit perang sipil sepuluh tahun lalu. Jangan membuatnya malah melangkah mundur," kata salah seorang penasihat khusus PBB, Adama Dieng. Aparat bersyukur akhirnya situasi mereda. Dengan begitu, mereka bisa kembali berfokus menyelidiki jaringan teroris di balik serangan bom Paskah. (bil/c19/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pariwisata Sri Lanka Tiarap Pascateror


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler