Muslim Sri Lanka Terus Jadi Sasaran, Polisi dan Tentara Tak Berdaya

Rabu, 15 Mei 2019 – 08:33 WIB
Polisi Sri Lanka melintas di depan sebuah masijd yang dirusak dalam kerusuhan di Minuwangoda, Sri Lanka. Foto: AFP

jpnn.com, KOLOMBO - Langkah yang diambil pemerintah Sri Lanka untuk meredakan ketegangan sosial tak lagi manjur. Tensi di beberapa daerah sudah memuncak dan merenggut korban jiwa pertama. Otoritas pun berjanji lebih tegas setelah dikritik terlalu lembut menangani konflik sosial setelah serangan bom Paskah.

Kericuhan pada Senin (13/5) menjadi bukti kuat bahwa pemerintah tak bisa mendinginkan hati warga. Saat konflik pecah pada di Kota Chilaw sehari sebelumnya, polisi menetapkan jam malam. Aplikasi media sosial seperti Facebook, Instagram, YouTube, dan WhatsApp diblokir.

BACA JUGA: Konflik Antaragama Makin Parah, Sri Lanka Blokir Medsos

Namun, massa kembali terbentuk sejak Senin pagi lalu. Setidaknya lima kota di Provinsi Barat Laut menjadi panggung para oknum yang ingin ''balas dendam'' atas kematian 258 orang akibat serangan National Tawheed Jamaath pada 21 April silam. Di Kota Minuwangoda, hotel dan masjid rusak dilempari batu dan dipukuli tongkat kayu.

''Beberapa toko (milik muslim) diserbu massa. Kami harus memberi tembakan peringatan dan menembakkan gas air mata,'' kata petinggi kepolisian kepada Agence France-Presse (AFP).

BACA JUGA: Imbas Teror Paskah, Puluhan Rumah dan Toko Warga Muslim Sri Lanka Dirusak

BACA JUGA: Konflik Antaragama Makin Parah, Sri Lanka Blokir Medsos

Aparat bergerak cepat. Mereka kembali memberlakukan jam malam untuk seluruh pulau. Namun, penduduk tak menggubris. Mengandalkan jumlah yang melebihi petugas, massa terus merusak dan membakar berbagai lokasi.

BACA JUGA: Warga Sri Lanka Diminta Serahkan Semua Senjata Tajam

Di Distrik Puttalam, kericuhan mencapai level baru. Salah satu kelompok masyarakat menyerang sebuah bengkel mebel. Mereka mengambil perkakas di bengkel tersebut dan menyabet salah seorang muslim di sana. Pria 45 tahun itu sempat dibawa ke rumah sakit. Sayangnya, dia tak bisa bertahan.

''Ini adalah korban jiwa pertama dalam kericuhan (setelah bom Paskah, Red),'' ujar jubir kepolisian Ruwan Gunasekera.

Politisi maupun kaum muslim geram dengan eskalasi konflik sosial beberapa hari terakhir. Aparat yang berjaga dengan senjata laras panjang ternyata tak bisa menakuti massa. Petugas di lapangan malah seperti takut dengan ribuan orang yang mengamuk.

''Di luar, polisi dan tentara berjaga. Namun, mereka juga tak membantu memadamkan api. Mereka membiarkan tiga pegawai saya terluka saat ingin keluar dari pabrik,'' ucap Ashraf Jifthty. Pabriknya, Diamond Pasta Private Limited, juga menjadi sasaran kemarahan masyarakat.

Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe menuding ada oknum yang memanfaatkan keresahan masyarakat untuk memancing keributan. Menurut laporan, sebagian besar keributan dimulai geng sepeda motor.

Pengamat politik Victor Ivan mencurigai kericuhan tersebut sebagai gerakan politis. Dia percaya oposisi pemerintah ingin memanfaatkan masalah tersebut untuk memperburuk citra pertahana.

''Sudah ada bukti yang muncul. Salah seorang tokoh oposisi level rendah terbukti menghasut penduduk untuk melakukan kekerasan,'' tegasnya.

Namun, pemerintah Sri Lanka tak berbuat banyak. Mereka tetap memblokir aplikasi media sosial. Kali ini ditambah Twitter. (bil/c14/dos)

Simak Juga Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... 10 Hari Bom Paskah, Sri Lanka Masih Dihantui Teror


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler