Pariwisata Sri Lanka Tiarap Pascateror

Rabu, 08 Mei 2019 – 19:55 WIB
Polisi Sri Lanka berjaga di dekat salah satu lokasi serangan bom Paskah. Foto: AFP

jpnn.com, KOLOMBO - Dua minggu sejak serangan bom di sejumlah hotel dan gereja, ketakutan masih jadi raja di Sri Lanka. Ekonomi negara pulau itu pun terdampak cukup parah.

Sekolah negeri memang buka sejak Senin (6/5). Namun, jumlah siswa yang datang dan belajar tak sampai 10 persen. Banyak orang tua yang melarang anak mereka karena takut serangan susulan.

BACA JUGA: Polisi Sri Lanka Sapu Bersih 140 Tersangka Teror Bom Paskah

Ketakutan itu menggoyahkan roda ekonomi negara. Terutama, industri pariwisata. Setelah perang saudara berakhir sepuluh tahun lalu, Sri Lanka mengandalkan hotel dan bidang jasa turisme untuk bangkit. Pariwisata menyumbang 11 persen dari total produk domestik bruto (PDB) nasional.

Tahun ini Menteri Keuangan Mangala Samaraweera menargetkan pendapatan pariwisata mencapai USD 5 miliar (Rp 71 triliun). Namun, harapan itu sudah pupus dengan serangan tersebut.

BACA JUGA: Imbas Teror Paskah, Puluhan Rumah dan Toko Warga Muslim Sri Lanka Dirusak

"Kehidupan malam Kolombo terus bertumbuh. Tapi, sekarang jatuh seketika," ujar Harpo Gooneratne, pemilik beberapa bar dan restoran di Kolombo.

Beberapa hari ini DJ memainkan musik di lantai dansa yang lengang. Pelayan bar sampai bosan karena tak ada pesanan. Pengunjung yang memberanikan diri untuk bersenang-senang pun kecewa, lalu pulang.

BACA JUGA: Warga Sri Lanka Diminta Serahkan Semua Senjata Tajam

Pengurus Gereja St Anthony juga mulai membuka diri. Kemarin sebagian gedung sudah menerima pengunjung. Jemaat dipersilakan untuk masuk dan berdoa di patung Santo Antonius dalam batas waktu 12 jam per hari. Mereka hanya harus rela digeledah sebelum masuk ke rumah ibadah tersebut. (bil/c11/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang Puasa, Densus 88 Tangkap 8 Teroris


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler