Amankan Laut Talisayan untuk Konservasi Hiu Tutul

Senin, 22 September 2014 – 00:54 WIB

jpnn.com - TALISAYAN - Pemkab Berau ingin mengamankan laut Talisayan untuk kawasan konservasi hiu tutul. Di kawasan itu, aktivitas yang bisa mengancam keberadaan kawanan hiu tutul tidak diperbolehkan. Hal ini bertujuan untuk menjaga habitat ikan yang selama ini disebut Ikan Nenek oleh masyarakat setempat.

"Laut Talisayan bisa diamankan untuk kawasan konservasi hiu tutul. Secara teknis, luasnya bisa mencapai 20 mil dari bibir pantai," ujar Staf Ahli Bupati Berau Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Mappasikra, kemarin (21/9).

BACA JUGA: Hamili Siswi SMA, Polisi Ini Dijebloskan ke Penjara

Tetapi, menurut dia, bukan berarti kawasan itu tidak bisa dimanfaatkan. Nelayan masih bisa mencari ikan di kawasan tersebut sepanjang tidak membahayakan habitat hiu tutul. Tetapi, jika ada nelayan yang menggunakan alat tangkap yang mengancam kawanan hiu tutul, menurut Mappasikra, harus mencari ikan di kawasan di atas 20 mil.

"Nelayan yang mengganggu, tidak diperbolehkan mencari ikan di kawasan itu (20 mil dari bibir pantai)," sambung mantan Kepala Bagian Humas dan Protokol Setkab Berau ini.

BACA JUGA: Bentuk Tim Khusus, Polda Bidik Polisi Terjerat Narkoba

Untuk sarana, menurut Mappasikra, Pemkab Berau berencana membangun 2 unit bagan apung untuk wisatawan yang akan menyaksikan atraksi hiu tutul. Dengan adanya bagan apung, wisatawan bisa lebih santai menikmati kawanan ikan yang kini diketahui berjumlah 10 ekor itu.

"Nanti bagannya bisa didesain sehingga memberikan kenyaman bagi wisatawan. Wisatawan bisa bersantai sambil menikmati atraksi hiu tutul," ujarnya.

BACA JUGA: Tuntut PLB Entikong jadi Pintu Resmi Ekspor-Impor

Disebutkan, keberadaan hiu tutul di laut Talisayan sebenarnya menjadi peluang usaha bagi masyarakat sekitar. Misalnya, menyiapkan peralatan selam dan transportasi menuju kawasan berkumpulnya hiu tutul.

"Sebenarnya, bisa saja pemkab programkan buat kapal angkutan. Tapi, kalau bisa masyarakat nelayan bisa menyiapkan, kenapa tidak. Ini peluang usaha. Masalah tarif bisa diatur, yang penting tidak memberatkan pengunjung. Seperti itu harapan bupati," ungkapnya.

Selain itu, nelayan bisa membuat jadwal kunjungan bagi wisatawan. "Jadwal kunjungan juga perlu diatur, harus dibatasi karena waktu terbatas," ujarnya.

Diketahui, dari hasil penelitian yang dilakukan Dinas Kelauatan dan Perikanan (DKP) Berau yang bekerja sama dengan Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSDPL) Kalimantan Barat, Universitas Mulawarman (Unmul), dan WWF Indonesia, kawanan hiu tutul atau hiu paus yang selama ini menghuni laut Talisayan, berjumlah 10 ekor.

Penelitian yang dilakukan selama tiga hari sejak 16 hingga 19 September lalu, para peneliti menemukan 10 ekor hiu tutul. Jumlah ini diketahui dari corak tutul yang berbeda-beda.

"Jumlah diperkirakan ada 10 ekor. Ini dilihat dari corak tutul yang berbeda. Kawanan hiu tutul ini masih dalam pengkajian lebih dalam karena pergerakannya cukup jauh dan dalam," jelas Yundha Zuliarsih, Kepala Seksi Konservasi Pengembangan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil DKP Berau. (har/fir)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapal Misterius Terjebak di Teluk Kuala Stabas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler