jpnn.com, DAMASKUS - Akhirnya terjadi. Pasukan Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis bersamaan menggempur Syria dengan serangan udara, Sabtu pagi (14/4).
Seperti dilansir Reuters, serangan tersebut dilakukan sebagai tanggapan atas serangan gas beracun yang menewaskan puluhan orang pekan lalu.
BACA JUGA: Bongkar Kejahatan Assad, AS Selundupkan Mayat ke Jordania
Serangan ini bisa dibilang intervensi terbesar negara-negara Barat terhadap kekuasaan Presiden Syria Bashar Al Assad.
Sebelumnya Presiden AS Donald Trump mengumumkan AS siap melakukan aksi militer di Syria. Trump mengatakan, dia siap untuk mempertahankan serangan sampai pemerintah Assad menghentikan penggunaan senjata kimia.
BACA JUGA: Trump Ancam Bombardir Syria, Rusia Kalang Kabut
"?Kami siap untuk mempertahankan respons berupa serangan ini sampai rezim Syria menghentikan penggunaan senjata kimia yang dilarang,"? kata Trump di Gedung Putih, Jumat (13/4).
Perdana Menteri Inggris Theresa May dan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, Inggris dan Prancis juga telah bergabung dalam serangan itu.
BACA JUGA: Assad Halangi WHO Masuk Douma, Takut Ketahuan?
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan, pada serangan hari ini, pihaknya menggunakan dua kali lebih banyak senjata dibandingkan dengan serangan April lalu.
Saat ditanya apa bahan kimia yang digunakan oleh pasukan Syria, Mattis mengatakan, mereka menggunakan gas klorin dan sarin.
Perang Syria yang telah berlangsung tujuh tahun telah mengadu AS dan sekutunya melawan Rusia. Negara Beruang Merah tersebut ikut campur dalam Perang Syria mendukung Assad pada 2015.
Media Pemerintah Syria mengatakan, serangan itu akan gagal dan menyebutnya sebagai pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional.
Duta Besar Rusia untuk AS mengatakan, Moskow telah memperingatkan bahwa tindakan serangan gabungan tersebut akan memiliki konsekuensi.
Pasukan Udara Syria menembak jatuh 13 rudal yang ditembakkan dalam serangan yang dipimpim koalisi AS pada Sabtu. Ini menurut Televisi Pemerintah Syria. Rudal-rudal itu ditembak jatuh di daerah Kiswah di selatan Ibu Kota Damaskus. (ina/trz/JPC)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rusia Sebut Serangan Senjata Kimia di Douma Kabar Bohong
Redaktur & Reporter : Adil