jpnn.com, TEHRAN - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mewujudkan ancamannya terhadap Iran. Kemarin, Senin (5/11) Washington kembali memberlakukan sanksi yang pernah dicabut pada era Barack Obama. Bahkan, ada beberapa sanksi baru yang diterapkan bersamaan dengan paket embargo itu.
Selain embargo perdagangan minyak, AS menyanksi Iran pada sektor perbankan, asuransi, dan pelayaran. Ada sekitar 300 objek baru yang ditambahkan dalam sanksi kemarin.
BACA JUGA: Korut Kumat, Sebut AS Preman Tukang Peras
Itu membuat penerapan kembali sanksi berdasar Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) kian berat. Selain itu, AS memasukkan 700 individu, perusahaan, kapal, dan pesawat Iran dalam daftar hitamnya.
"Dulu mereka ingin mengambil alih Timur Tengah. Sekarang mereka hanya butuh bertahan hidup," ujar Trump tentang Iran sebagaimana dilansir Reuters.
BACA JUGA: Nah Lho, Amerika Minta Saudi Berhenti Membantai Warga Yaman
Embargo minyak, menurut dia, akan menjadi pukulan telak bagi Negeri Persia tersebut. Sebab, itulah sektor perdagangan utama yang menghasilkan pundi-pundi rial untuk pemerintahan Presiden Hassan Rouhani.
Namun, AS juga tidak langsung menghentikan perdagangan minyak Iran. Kemarin ada delapan negara yang mendapatkan dispensasi untuk melanjutkan transaksi minyak dengan Iran.
BACA JUGA: Pekan Penuh Kebencian di Amerika: Tiga Kasus, Belasan Korban
Mereka masih boleh mengimpor minyak mentah dalam waktu 180 hari. Sebab, mereka sudah kadung meneken kontrak. Delapan negara itu adalah Tiongkok, India, Yunani, Italia, Taiwan, Jepang, Turki, dan Korsel.
"Untuk sementara, Iran bisa bertahan," ujar Jonathan Marcus, pakar diplomasi AS, kepada BBC. Tapi, 180 hari kemudian, Iran dipastikan bakal hancur. Sebab, saat itulah sanksi berat berdasar JCPOA berlaku penuh. Iran bakal benar-benar terisolasi.
Sebenarnya, keputusan Trump soal Iran itu ditentang banyak negara. Lima negara yang ikut menandatangani JCPOA sudah jauh-jauh hari memperingatkan Washington.
"Kami masih percaya bahwa kesepakatan nuklir yang lama (JCPOA, Red) membuat dunia lebih aman," terang jubir kantor PM Inggris.
Namun, Trump tetap tutup telinga. Dia berkali-kali menegaskan bahwa kesepakatan yang diteken Obama itu sangat buruk. Dampaknya pun, menurut dia, tidak bagus bagi AS. Karena itu, dia ngotot menarik diri dari kesepakatan tersebut secara sepihak. (bil/c17/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Balas Ancaman Amerika, Saudi Goyang Harga Minyak
Redaktur & Reporter : Adil