Nah Lho, Amerika Minta Saudi Berhenti Membantai Warga Yaman

Kamis, 01 November 2018 – 13:26 WIB
Korban perang di Yaman. Foto: AFP

jpnn.com - Tidak pernah ada berita baik dari Yaman selama sekitar tiga tahun terakhir. Kehadiran militer Arab Saudi dan koalisinya telah memperparah krisis kemanusiaan di sana.

Di tengah persiapan Saudi untuk menggempur Hodeidah, kota pelabuhan tersibuk di Yaman, Amerika Serikat (AS) menyerukan damai.

BACA JUGA: Tuti Dieksekusi, Fahri Sebut Pemerintah dan DPR Kecolongan

Selasa (30/10) Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan Menteri Pertahanan James Mattis mengajak semua pihak yang terlibat dalam Perang Yaman berunding. Tujuannya mencanangkan gencatan senjata.

"Kita harus duduk bersama dalam waktu 30 hari," tegas Mattis dalam pidato di US Institute of Peace (USIP) Washington seperti dilansir BBC.

BACA JUGA: Manfaatkan Kasus Khashoggi, Pangeran Ahmad Goyang MBS

Pemimpin Pentagon itu optimistis negara-negara yang berkonflik di Yaman sepakat dengan AS. Perang harus diakhiri. Menurut Mattis, Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) siap bernegosiasi dengan pemberontak Houthi.

Artinya, negara-negara sekutu Saudi juga tidak akan berkeberatan menghentikan pertempuran. Negara-negara itu Bahrain, Kuwait, Mesir, Jordania, Maroko, Senegal, dan Sudan.

BACA JUGA: Tuti Dieksekusi Saudi, PKS: Kedubes RI Seharusnya Proaktif

Nanti perundingan damai soal Yaman itu dipimpin PBB. AS, menurut Mattis, hanya akan berfungsi sebagai mediator. Karena itu, semua pihak yang berseteru dijadwalkan bertemu dengan Martin Griffiths, utusan khusus PBB untuk Yaman. Perwakilan masing-masing negara akan menemui Griffiths di Swedia pada November ini.

Sebelum AS memublikasikan gagasannya, sebenarnya Saudi siap melanjutkan perang. Pekan lalu Riyadh sudah mengirimkan sekitar 10 ribu personel militer tambahan ke Hodeidah. Saudi ingin merebut kota itu dari tangan pemberontak Houthi. Sedianya, aksi militer besar-besaran dilancarkan dalam waktu dekat.

"Ini waktunya mengakhiri konflik dan menggantikannya dengan kompromi," tegas Pompeo kepada Reuters.

Dia berharap Saudi mengurungkan niat. Tapi, dia juga mengimbau Houthi menahan diri. Demi terselenggaranya perundingan damai, AS mendesak semua pihak meletakkan senjata.

Sebenarnya, bukan baru kali ini AS mencetuskan dialog damai. Gedung Putih sudah beberapa kali mengusulkan perundingan. Hanya, saat itu Washington mensyaratkan perlucutan senjata Houthi sebagai kompensasi perundingan. Kali ini, AS sama sekali tidak menyebut tentang syarat-syarat itu.

Perang Yaman yang dipicu perang saudara bergolak sejak 2015. Sebelumnya, Yaman terjebak dalam pertempuran yang terimbas Arab Spring.

Selama lebih dari tiga tahun, perang merenggut 10 ribu nyawa. Sebagian besar di antaranya warga sipil.

Lembaga HAM PBB memperkirakan dua pertiga penduduk sipil tewas di tangan koalisi. Tapi, ada juga yang meninggal karena penyebab lain. Wabah kolera dan kelaparan. Saat ini sekitar 8,4 juta penduduk Yaman berada di ambang kelaparan.

Presiden Peace Action Kevin Martin menyatakan bahwa penduduk Yaman membutuhkan perdamaian secepatnya. "Tekanan internasional yang belakangan meningkat ke Saudi bisa membuat mereka mengabulkan keinginan AS," tegasnya. (sha/c19/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelas Sudah, Arab Saudi Tak Menghormati Pemerintah Indonesia


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler