Amrus Natalsya Angkat Tema Sosial di Pameran Tunggal Terakhirnya

Rabu, 10 Juli 2019 – 23:28 WIB
Amrus Natalsya dengan karya-karyanya. Foto: Istimewa

jpnn.com, JAKARTA - Maestro lukis sekaligus pematung, Amrus Natalsya akan kembali menggelar pameran tunggal bertema “Terakhir, Selamat Tinggal dan Terima Kasih”. Pameran hasil kerja sama dengan Taman Ismail Marzuki dan Etty Mustafa Art Collection ini akan diselenggarakan pada 14 Juli - 23 Juli 2019.

Etty Mustafa mengungkapkan bahwa pameran ini dibuat untuk terakhir kali oleh sang perupa beraliran revolusionary realism ini, mengingat umurnya yang tidak lagi muda.

BACA JUGA: 3 Seniman Muda Berbakat Ikut Pameran Lukisan 111 Tahun Polychromos

“Di dalam pameran ini Amrus Natalsya akan menampilkan sekitar 50 karya-karyanya yang banyak mengangkat tema sosial seperti lukisan kanvas dan lukisan pahat bertema pasar, Pecinan dan patung kapal Nuh,” kata Etty dalam siaran tertulisnya, Rabu (10/7).

BACA JUGA: Isu Pindah Agama, Salmafina: Itu Sudah Lama Banget

BACA JUGA: Titiek Soeharto dan Istri Sandiaga Uno Hadiri Pameran Pelukis Jalanan

Pada pameran tersebut rencananya akan dihadiri langsung  oleh tokoh Sanggar Bumi Tarung seperti Amrus Natalsya dan Misbach thamrin dan dibuka langsung  oleh Gubernur DKI Anies Baswedan.

Salah satu kurator seni Indonesia Agus Dermawan menambahkan bahwa lukisan kayu Amrus berciri khas pribadi. Dengan lukisan, Amrus berhasil menemukan jejak-jejak traditionalitas. “Pameran tunggal ini adalah bukti keberadaan (eksistensi) Sanggar Bumi tarung dalam sejarah seni rupa indonesia sejak 58 tahun yang silam. Ketika pendirinya Amrus Natalsya berumur 28 tahun saat itu,” ungkap Agus.

BACA JUGA: Lukisan Kartika Affandi Dilelang untuk Menangkan Jokowi - Maruf

BACA JUGA: Raffi Ahmad Ungkap Rencananya Berobat ke Luar Negeri

Amrus Natalsya lahir pada 21 Oktober 1993, di Medan, Sumatera Utara. Putera dari pasangan Rustam Syah Alam dan Aminah ini sejak kecil sudah menunjukkan bakat seninya. Pada tahun 1954, Ia memulai pendidikan seni di ASRI Yogyakarta. Sejak saat itu Amrus mulai menghasilkan karya berupa patung dan lukisan.

Amrus juga dikenal sering mengangkat tema sosial dan kesulitan yang dihadapi manusia sehari-hari dalam karyanya. Di tahun 1955, patung hasil karya pertama Amrus yang berjudul ‘Orang Buta yang Terlupakan’ dibeli oleh Presiden Soekarno ketika dipamerkan dalam "LUSTRUM Pertama Asri" di Sono Budoyo, Yogyakarta. Presiden Soekarno kemudian juga mengoleksi karya Amrus lainnya yang berjudul "Kawan-kawanku".

Karya Amrus kemudian sering ditampilkan dalam berbagai pameran, seperti: Pameran tunggal di Taman Merdeka Utara, Jakarta (1955); Pameran Lukisan di Wina, Austria (1955); Pameran "Konferensi Asia Afrika" di Bandung (1955); Pameran Bersama mahasiswa ASRI (1961-1963); Pameran Tunggal di Galeri Lontar, Jakarta (1995); karya terbaik dalam Pameran Patung Kontemporer "Trienale Jakarta II" (1998); Pameran "Kepedulian Sesama Pelukis" di Galeri 678, Jakarta (2000); dan Pameran Tunggal “Kampung dan Metropolitan” di Galeri 678, Jakarta.

Di akhir tahun 90-an, dia pernah menggemparkan dunia seni rupa Indonesia dengan karya fenomenalnya yang berjudul “Pecinan”, dalam bentuk cukil kayu, yang menjadi ciri khasnya.(mg7/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Siswa SMAK Frateran Berpameran


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler