Anak-Anak Iraq Disiksa dan Dipaksa Mengaku Anggota ISIS

Senin, 11 Maret 2019 – 02:52 WIB
Kamp Rukban di perbatasan Jordan, Syria dan Iraq. Foto: AP

jpnn.com - Rabu lalu (6/3), Human Rights Watch merilis dokumen 53 halaman tentang berbagai kisah anak di Iraq. Mereka disiksa aparat lokal karena dianggap berafiliasi dengan ISIS. Jika tidak mengaku, tubuh mereka yang jadi sasaran.

"Anak saya berkata bahwa dia dimasukkan dalam ruangan dan dipukul dengan slang," ujar seorang perempuan yang meminta identitasnya dirahasiakan.

BACA JUGA: Sel Tidur, Teror Baru Setelah ISIS Dikubur

Nasim juga menjadi korban kepolisian Iraq. Pemuda itu merupakan warga Mosul saat ISIS mulai merangsek pada 2014. Sekolah tempatnya belajar pun dikuasai kelompok itu.

Kurikulum berubah drastis. Nasim yang masih berusia 13 tahun langsung putus sekolah. Dia membantu ayahnya di toko kelontong.

BACA JUGA: Tidur Tidak Tenang Jelang Kehancuran Negara Semu ISIS

Tak suka dengan pelajaran barunya, pada 2017 Nasim mengadu nasib ke Kota Erbil. Dia merasa tak ada masa depan di sana. Namun, dia malah ditahan otoritas. Kata mereka, nama Nasim ada dalam daftar anggota ISIS.

"Saat menginterogasi, mereka mengancam saya. Kalau tidak mengaku, saya akan dibawa ke markas Hashad (Tentara Iraq, Red) dan dibunuh," ungkapnya.

BACA JUGA: Tak Tahan Hidup di Tiongkok, Abu Mujahid Jadi Warga ISIS

BACA JUGA: Sel Tidur, Teror Baru Setelah ISIS Dikubur

Nasim terpaksa menerima tato ISIS di dahinya. Dia mengaku sudah 15 hari bergabung ISIS. Petugas bilang tak cukup. Kesaksiannya dicoret dan diganti 30 hari.

Dari kesaksian tertulis itu, Nasim sekarang mendekam di penjara sambil menunggu putusan pengadilan. "Saya tidak tahu kenapa saya di sini. Saya rindu keluarga setiap hari," ungkapnya.

Kisah serupa terjadi di Syria. Warga-warga di bekas jajahan ISIS juga tersiksa karena teror SDF. Mereka dipaksa untuk memberikan informasi tentang tempat persembunyian yang tersisa.

"Saya bilang, sumpah demi Tuhan saya hanya warga sipil. Mereka bilang jangan sebut nama-Nya karena dia tidak ada di ruangan ini," ujar salah seorang penduduk lokal yang menolak diungkap identitasnya kepada New York Times.

Hassan Hassan, peneliti Center for Global Policy, mengatakan, hal itu bakal menimbulkan krisis kepercayaan antara pemerintah dan rakyat. Celah tersebut bisa digunakan ISIS untuk menyusun kembali kekuatannya.

"Rakyat jadi bingung. Apakah polisi datang untuk membantu atau justru mengeksploitasi," jelasnya. (bil/c7/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hukuman Mati Menanti Ratusan Eks ISIS


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
ISIS   penyiksaan anak   Iraq  

Terpopuler