jpnn.com - JAKARTA - Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Ferry Juliantono mengatakan, Presiden Joko Widodo termakan isu soal makar yang disampaikan oleh aparat keamanan.
Istilah makar terus diembuskan menjelang Aksi Bela Islam II pada 4 November 2016 lalu.
BACA JUGA: Pesawat Polri Hilang Kontak, Angkut 13 Penumpang
“Menurut saya, makar ini istilah yang dimunculkan oleh aparat menjelang 4 November kemarin,” kata Ferry dalam diskusi ‘Dikejar Makar’ di Cikini, Jakarta, Sabtu (3/12).
Dia menyatakan, pada saat itu, ada rencana bahwa massa yang ikut aksi akan mengepung DPR.
BACA JUGA: Boy Rafli: Ini Bukan Sikap Reaktif Kepolisian
“Itu ada kekhawatiran bahwa massa mampu memaksa DPR/MPR melakukan sidang istimewa,” ucap Ferry.
Karena itu, Ferry menuturkan, Jokowi memilih tidak menemui peserta aksi pada 4 November. Kemudian, Jokowi melakukan pertemuan dengan sejumlah pasukan elit, seperti Kopassus dan Brimob.
BACA JUGA: Pesawat Polri Hilang Kontak di Perairan Kepri
“Itu dalam rangka menghadapi persepsi makar,” tuturnya.
Padahal, Ferry menyatakan, Aksi Bela Islam II hingga Aksi Super Damai 212 yang berlangsung Jumat (2/12) di Lapangan Monas, Jakarta, tidak ada hubungannya dengan makar.
Sebab, massa aksi menuntut ketegasan hukum terkait kasus dugaan penistaan agama yang menjerat Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
“Soal makar ini terus dipaksakan pihak keamanan, dituduhkan seperti itu. Presiden Jokowi termakan gambaran tentang ini (makar),” ungkap Ferry.
Seperti diberitakan, kepolisian menangkap sebelas orang terkait kasus dugaan makar pada Jumat (2/12).
Polisi menahan tiga orang, yakni Jamran, Rizal Kobar, dan Sri Bintang Pamungkas. Sisanya, sudah dibebaskan. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Usut Penyandang Dana Upaya Makar
Redaktur : Tim Redaksi