Anak Demam Setelah Vaksin COVID-19? Jangan Panik, Begini Penanganannya

Kamis, 15 Juli 2021 – 13:14 WIB
Ilustrasi: Petugas medis menyuntikkan vaksin kepada warga yang mengikuti vaksinasi Covid-19 massal di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (3/7). Foto : Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Dokter spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ellen Wijaya memberi tips kalau anak demam setelah menerima vaksin COVID-19.

Menurut dokter Ellen, anak bisa beraktivitas seperti biasa setelah disuntik vaksin.

BACA JUGA: Kapan Kasus COVID-19 Turun? Begini Prediksi Peneliti UI

Sebab, kalaupun muncul efek samping biasanya bersifat ringan.

Misalnya, nyeri di bekas suntikan.

BACA JUGA: Hasil Survei: 91,9 Persen Kasus COVID-19 di DKI Jakarta Tak Terdeteksi

Kondisi tersebut bisa diatasi dengan mengompres area yang nyeri dengan air hangat.

Bila anak demam, cobalah mengukur suhunya menggunakan termometer.

BACA JUGA: PPKM Darurat Dibutuhkan, Kondisi Ekonomi Masyarakat juga Harus Diperhatikan

Kalau suhunya di atas 38 derajat Celcius, anak gelisah, rewel, bisa diberi obat semisal Paracetamol sembari dibantu kompres.

Namun, apabila anak merasa tidak apa-apa dengan kondisi demam itu, orang tua tidak perlu khawatir dan lakukan saja observasi.

"Demam mekanisme tubuh anak yang sehat. Kalau tubuh kemasukan virus, bakteri jahat tubuh akan melawan dengan membentuk demam."

"Demikian juga ketika tubuh dimasukkan antigen yang sudah dilemahkan atau vaksin, maka tubuh akan membentuk respons antibodi dan salah satu manifestasinya demam."

"Demam bukan suatu kondisi yang berbahaya," ujar Ellen sebuah webinar kesehatan baru-baru ini.

Dia menambahkan, kalau ada keraguan terkait efek samping yang dirasakan anak usai menerima vaksin, orang tua bisa melaporkan ke tenaga medis yang melakukan vaksinasi.

Dokter Ellen juga menjelaskan bahwa pemberian vaksin COVID-19 perlu diberi jeda waktu sebulan dengan imunisasi lainnya, guna memberikan kekebalan tubuh yang optimal.

Hal itu juga berdasarkan sejumlah rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terkait anak usia 12-17 tahun yang akan mendapatkan vaksin COVID-19.

"Kita baru diberikan vaksin COVID-19. Antigen masuk ke dalam tubuh. Tubuh sedang memberikan respons dengan membentuk antibodi supaya bisa memberikan kekebalan terhadap SARS-CoV-2."

"Saat itu, kalau tubuh diberikan imunisasi lain, nanti kekebalan yang diusahakan untuk SARS-CoV-2 tidak menjadi optimal," ucapnya.

Menurut dokter Ellen, tubuh perlu dibiarkan membentuk antibodi secara optimal setelah mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 dengan jarak minimal satu bulan dengan pemberian imunisasi lainnya.

Sebenarnya, menurut Ellen yang berpraktik di RS Pondok Indah - Puri Indah itu, ketentuan serupa juga berlaku untuk vaksin lain semisal Hepatitis B dan HPV.

IDAI juga merekomendasikan anak yang akan menerima vaksin COVID-19 tidak mengalami imunodefisiensi, kanker darah yang menjalani kemoterapi.

Kemudian, mendapatkan steroid dosis tinggi, sembuh dari COVID-19 kurang dari 3 bulan, memiliki penyakit Sindrom Gullian Barre, mielitis transversa dan acute demyelinating encephalomyelitis.

Terkait persiapan sebelum anak menerima vaksin sebaiknya orang tua memastikan kondisi mereka sehat, tidak demam (di atas 37,5 derajat Celcius), beristirahat cukup, tidak memiliki komorbid tertentu.

"Orang tua bisa mengkomunikasikan pada anak misalnya manfaat menerima vaksin, lokasi suntikan, kondisi yang bisa terjadi usai menerima vaksin semisal nyeri di area bekas suntikan dan sebagainya, tidur cukup, anak dalam kondisi sehat," kata Ellen.(Antara/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler