jpnn.com, SURABAYA - Umumnya orang tua bangga jika anaknya sukses. Anehnya, si Sephia, 38, mengalami depresi setelah ketiga anaknya sukses.
Wanita yang tinggal di Nginden Intan Timur itu seperti ketakutan dihina karena pendidikannya protolan SMP atau ditinggal anak-anaknya.
BACA JUGA: Festival Rujak Uleg Harus Promo di Trade Show Internasional
==============================
Umi Hany Akasah - Radar Surabaya
==============================
Depresi berat membuat Sephia sampai harus menggugat cerai suaminya, Donwori, 55, di Pengadilan Agama (PA), Klas 1A Surabaya, awal Januari lalu.
BACA JUGA: Festival Rujak Uleg Dongkrak Ekonomi
Sephia sangat tersiksa hingga dirawat di rumah sakit jiwa. Kini dia masih dalam penanganan intensif dan masih harus menjalani proses sidang gugatan cerai di PA.
Bersama putri sulungnya sebut Mira, 23, Sephia tampak sangat frustasi. Ia berkali-kali tertawa sendirian sembari melihat sinis kepada Mira.
BACA JUGA: Kemeriahan Festival Rujak Uleg 2017 yang Kini Menjadi Simbol
”Ibu itu tidak terima, seperti ketakutan kalau dihina anaknya atau takut sendirian,” kata Mira.
Pegawai bank itu mulai menceritakan awal mula sampai ibunya frustasi. Usia ibu dan ayahnya berbeda 16 tahunan.
Ayahnya menikahi sang ibu saat usianya masih 14 tahun. Waktu itu, ibunya masih sangat lugu, sedangkan ayahnya sudah menjadi guru.
Ayahnya sangat baik dan sangat perhatian pada istri maupun anaknya. Terutama, untuk pendidikan sang ayah selalu mengutamakan meskipun terkadang harus menabung dan mengurangi jatah jajan makannya.
Di situlah, Sephia sering merasa tersiksa. Ia merasa iri dengan anak-anaknya yang mampu meraih pendidikan tinggi dan masih bisa bermain dengan teman-temannya.
Sephia merasa sangat malu sampai akhirnya sering mengurung diri di kamar jika ada teman-temannya main ke rumahnya.
Apalagi, ketika ada teman-teman kerja Donwori yang main ke rumahnya, Sephia malu dan sampai tidak mau mengantarkan minum ke ruang tamu.
”Karena saya yang tua biasanya saya yang nganter dan nemani ayah kalau ada tamu. Ke sekolah ngambil rapot juga saya, ibu enggak mau sosialisasi dengan orang atau tetangga,” jelasnya.
Kondisi makin parah saat dia dan dua adiknya sudah diterima kerja di pabrik mie di Sidoarjo dan satunya sebagai marketing asuransi, Sephia sering minggat dari rumah sampai berhari-hari.
Sephia tidur di pinggir jalan dan kemudian pulang dalam kondisi luka-luka. ”Ayah sebenarnya mau mempertahankan, tapi ibu enggak mau dan bilang benci sama ayah. Meski sudah tidak cinta, tapi ibu masih tinggal di rumah ayah. Tidurnya ibu sama saya,” kata Mira dengan mata berkaca-kaca.
Sebagai anak pertama, Mira mengaku sangat mencintai ibunya meski sang ibu terkadang marah dan benci kepada mereka.
”Kalau ada rekreasi kantor kadang saya ajak. Dia hanya diam, dan malu bila disapa teman kantor, tapi lumayan ibu mulai bisa senyum,” jelasnya.
Mira dan adik-adiknya mulai ikhlas dengan perpisahanan orang tuanya.
”Asal ibu tinggal sama kami itu sudah cukup. Doakan ya? Aku ingin ibu sehat lagi,” kata Mira yang kemudian menangis sembari mengusap air matanya dengan kerudung pinknya. (*/no)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Risma: Rujak Uleg Simbol Surabaya
Redaktur : Tim Redaksi