Anak yang Dirantai itu Hanya Setahun Sekali Bertemu Ibunya

Jumat, 07 Oktober 2016 – 21:16 WIB
MEI DIAS JATI IRAWAN. Foto: JPG/Jawa Pos

jpnn.com - MEI DIAS JATI IRAWAN, 7, sejak kecil sudah merasakan pedihnya hidup.

Dia hanya tinggal bersama Sumirah, 60, neneknya. Keberadaan orang tuanya hingga kini tidak jelas.

BACA JUGA: Waduh..Ada 23 ODHA Baru

Mereka juga tak pernah mengurusi Medi, sapaan akrab Mei Dias Jati. Setelah bercerai, Suwarno tak pernah sekali pun menjenguk anaknya.

Sementara itu, Suyati, yang kemudian menikah lagi dengan Sucipto, pulang setahun sekali untuk menjenguk Sumirah, ibu kandungnya. Itu pun saat Lebaran.

Sampai sekarang, keberadaan Suyati juga tidak jelas. Sumirah menyebutkan, anaknya tinggal di Surabaya.

Sementara itu, Camat Tambakboyo Erkamni menyatakan dia bekerja di luar negeri.

Kepulangan Suyati selalu menjadi momen istimewa bagi bocah plontos tersebut. Selama ibu kandungnya di rumah, dia mau memakai baju lengkap.

Perilaku manjanya menunjukkan sifat khas bocah yang butuh kasih-sayang.

BACA JUGA: Waduh, Peralatan Penting untuk Memantau Aktivitas Bromo Amblas

Begitu Suyati balik ke perantauan, sifat pemberontak Medi seketika muncul. Baju yang dikenakan dilepas dan dibuang.

Sebenarnya, Medi adalah bocah normal. Sumirah menyatakan, sejak kecil, cucunya itu tak pernah sakit serius.

"Namung pilek ping pindo (Hanya flu dua kali, Red.)," katanya.

Yang membedakan Medi dengan bocah seusianya adalah pembawaannya yang hiperaktif. Dia tak pernah diam dan duduk manis.

Kalau orang yang mengasuh Medi berpendidikan, mungkin kondisinya tidak separah sekarang.

BACA JUGA: Capek Bolak-balik ke Jakarta‎, Honorer K2 Tabrak Ibu dan Anak

Dalam banyak kasus, bocah hiperaktif dikategorikan berkebutuhan khusus seperti autis. Dengan penanganan khusus, bocah tersebut bisa berperilaku normal.

Kasus bocah tujuh tahun yang dirantai tersebut sudah didengar pemerintahan di kecamatan setempat. Hanya, tidak ada penanganan khusus.

Camat Erkamni menerangkan, bocah tersebut pernah dikonsultasikan ke rumah sakit jiwa. Hasilnya, dia dinyatakan cacat mental permanen.

Salah satu faktornya adalah kekurangan gizi saat masih kecil. Untuk penanganan, dia mengaku sudah memasukkan Medi ke program bantuan dari dinas sosial dan tenaga kerja (dinsosnaker) serta menerima santunan Rp 300 ribu setiap bulan. (zak/ds/c21/diq/flo/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bosnya Lagi di Pulau Jawa, Padepokan Dimas Kanjeng Ditutup


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler