jpnn.com, JAKARTA - Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Nikolas Prasetia menilai pelemahan nilai tukar rupiah Selasa (10/8) terimbas dua sentimen luar dan dalam negeri.
Kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta dibuka melemah 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp 14.383 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.363 per USD.
BACA JUGA: Isu Tapering Off The Fed Tak Bisa Dianggap Remeh, Coba Lihat Kurs Rupiah Senin
Menurut Nikolas dari dalam negeri rupiah terimbas kebijakan perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di wilayah Jawa-Bali pada 10-16 Agustus 2021.
Alasan perpanjangan masa PPKM level 4, 3, dan 2 adalah karena kebijakan sebelumnya yang dilakukan pada 2-9 Agustus di Jawa Bali menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan.
BACA JUGA: Kurs Rupiah Mulai Digoyang Isu Tapering Off The Fed, Nih Buktinya...
Pemerintah mengklaim, telah terjadi penurunan jumlah kasus baru Covid-19 hingga 59,6 persen dari puncak kasus pada 15 Juli 2021 yang lalu.
"Terkait PPKM Jawa Bali, jika dilihat kasus positif hariannya mulai menunjukan hasil baik ya setelah sebulan lebih dilaksanakan PPKM. Jadi perpanjangan PPKM bisa saja berdampak cukup positif terhadap nilai tukar rupiah karena penurunan kasus yang mulai terlihat, apalagi di Jakarta," kata Nikolas di Jakarta, Selasa.
Jumlah kasus harian COVID-19 di tanah air semakin turun di mana pada Senin (9/8) kemarin jumlah kasus baru mencapai 20.709 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 3,68 juta kasus.
Meski demikian, jumlah kasus meninggal akibat terpapar Covid-19 masih tinggi yaitu bertambah 1.475 kasus sehingga totalnya mencapai 108.571 kasus.
Sementara itu, sebanyak 3,13 juta orang telah dinyatakan sembuh sehingga total kasus aktif Covid-19 mencapai 448.508 kasus.
"Jika menguat next stop-nya mungkin di sekitar Rp 14.200 per USD, tetapi jika melemah bisa saja kembali dekati Rp 14.500 per USD lagi," ujar Nikolas.
Dari luar negeri, kata Nikolas, data tenaga kerja AS yang optimistis memperkuat ekspektasi bahwa bank sentral AS The Federal Reserve AS akan segera memangkas pembelian obligasi.
"Dominasi tekanannya masih di USD kelihatannya, apalagi masih ada data inflasi yang ditunggu pekan ini, yang mungkin bisa semakin menggerakan USD dengan rilisnya apakah nantinya bisa menggerakan keputusan perubahan kebijakan The Fed lebih cepat atau tidak," kata Nicolas.
Pada Senin (9/8) kemarin, rupiah ditutup terkoreksi 10 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp14.363 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.353 per dolar AS. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia