Analisis Pakar tentang Jatuhnya Pesawat Lion Air JT 610

Kamis, 01 November 2018 – 15:43 WIB
Rusdi Kirana (tengah) meninjau langsung ke Posko pengumpulan barang temuan dari jatuhnya Lion Air JT 610 di terminal JICT 2, Jakarta. FOTO: SALMAN TOYIBI /JAWA POS

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah pihak menyoroti tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 pada Senin lalu (29/10). Para ahli mencoba melakukan analisis terhadap pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP itu.

Pengamat Penerbangan Alvin Lie telah melihat grafis pola kecepatan dari pesawat jenis Boeing 737 Max 8. Menurutnya, ada ketidakwajaran dalam pergerakan pada senin lalu.

BACA JUGA: Tjahjo Kirim Tim Dukcapil Bantu Identifikasi Korban Lion Air

”Pergerakan kecepatan dan ketinggian sangat fluktuatif,” tuturnya, Rabu (31/10). Pada tanggal tersebut, pesawat tidak pernah mencapai ketinggian 6000 kaki sesuai dengan ketinggian seharusnya.

Guru Besar Aerodinamika ITS Hermawan Sasongko juga urun rembug. Menurutnya pada saat take ”Flight by wayer, total dilakukan oleh pengendali otomatis,” ujarnya. Take off maupun landing merupakan fase paling kritis. Sehingga tidak dilakukan secara manual oleh pilot.

BACA JUGA: BPJS Ketenagakerjaan Temukan Kejanggalan Data Gaji Pilot

Hermawan juga melihat data berdasarkan grafis penerbangan PK-LQP. ”Sehari sebelumnya grafis menunjukkan pada tahap ketinggian tertentu, tiba-tiba pesawat turun,” ujarnya.

Menurutnya pesawat take off yang tiba-tiba turun dikarenakan turunnya daya angkat dan daya dorong. Namun untuk mengetahui hal tersebut secara pasti , harus dilakukan penelitian. Itu dikarenakan penyebabnya sama.

BACA JUGA: Banyak Serpihan di Dekat Lokasi Penemuan Black Box JT610

”Apakah karena kompresi dari kompresor yang bermasalah, atau gagal di pembakarannya. Semua harus diteliti,” ucap Rektor Universitas Internasional Semen Indonesia tersebut.

Penemuan black box akan membongkar misteri besar kecelakaan pesawat itu. Dengan jumlah jam terbang yang masih sedikit harusnya tidak ada masalah dari permesinan atau rangka. Dia mencurigai adanya permasalahan pada unit kendali otomatis.

Hal itu dikarenakan kelembaban udara di Indonesia yang tinggi sebagai negara tropis. ”Kata ahli, ini sering merepotkan karena perawatan mesin harus lebih ketat. Dingin dan kekeringan udara harus diperhatikan,” ungkapnya. (lyn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... 50 Penyelam Cari Lion Air JT 610, Ini yang Didapat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler