Analisis Psikolog soal Maraknya Anak STM Ikut Demo dan Merusuh

Minggu, 11 Oktober 2020 – 23:28 WIB
Psikolog Oriza Sativa. Foto: Instagram/raorizasativa

jpnn.com, JAKARTA - Psikolog Oriza Sativa memberikan penilaiannya tentang maraknya pelajar sekolah menengah terutama dari SMK (dahulu STM) yang ikut dalam aksi unjuk rasa menolak Omnibus Law Cipta Kerja pada Kamis lalu (8/10).

Banyak pelajar SMK yang tak tahu-menahu soal yang menjadi tuntutan dalam aksi itu, namun tetap ikut berunjuk rasa bahkan terlibat kerusuhan.

BACA JUGA: Pelajar STM Bikin Rusuh Saat Demo RUU Ciptaker, Begini Respons KPAI

Oriza mengatakan, persoalan pelajar SMK yang ikut demo dan merusuh tidak bisa dilihat berdasar satu faktor semata. Menurutnya, ada hal yang tak teraktualisasikan sehingga para pelajar SMK yang masih belia berbuat anarkistis.

"Intinya kalau menurut saya dilihat dari sisi kebutuhan psikologis. Khususnya tidak terpenuhi atau tidak teraktualisasi," ujar Oriza saat berbincang dengan jpnn.com, Minggu (11/10) sore.

BACA JUGA: Ribuan Orang Diamankan Demo Rusuh RUU Cipta Kerja, Anak STM Banyak Banget

Alumnus Universitas Katolik Soegijapranata itu menjelaskan, anak-anak SMK memiliki idealisme namun ada hak-hak mereka yang tak terpenuhi.

"Anak-anak juga mengembangkan idealisme dari perspektif atau cara pandangnya baik politik, ekonomi, kehidupan mereka," katanya.

BACA JUGA: Viral Percakapan Anak STM Minta Bayaran Demo, Begini Penjelasan Polisi

Namun, kata dia, para bocah-bocah yang beranjak remaja itu ketika mengembangkan idealisme mereka justru tak memperoleh arahan dan bimbingan yang jelas. Misalnya, mereka dibanjiri dengan informasi-informasi yang salah.

"Anak-anak tetap punya idealisme, mungkin perlu diarahkan. Kamu (remaja) boleh punya idealisme tetapi bagaimana caranya mendapatkan prestasi di sekolah dan bagaiamana caranya tidak melanggar atauran, mana yang baik dan salah," ujarnya.

Oriza menambahkan, pelajar sekolah menengah yang ikut berdemo itu memaknai aktualisasi diri sebagai sebuah perjuangan.

"Mereka merasa menjadi bagian dari perjuangan, tetapi dengan cara yang salah," jelasnya.

Lebih lanjut Oriza mengatakan, para remaja itu justru melepas kepribadian mereka saat menjadi suatu kelompok. Akibatnya, mereka pun berani bertindak anarkistis saat berkelompok.

"Ada batu lempar, toh banyak yang lain juga. Wah, bakar-bakar ban yuk ikut. Itu individuasi artinya mereka menjadi berani dan spontan dan beringas karena merasa tidak punya tanggung jawab pribadi," pungkas Oriza.(mcr3/jpnn)




Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler