jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Anas Urbaningrum menyoroti kesejahteraan pengemudi ojek online atau ojol yang belakangan pendapatannya makin berkurang.
Menurut Anas, ojol sudah menjadi alternatif pekerjaan yang banyak diminati masyarakat dalam beberapa tahun terakhir.
BACA JUGA: Anas Urbaningrum Usulkan Pileg dan Pilpres 2029 Terpisah, Ini Alasannya
Dia pun mengutip data Asosiasi Ojek Online GARDA yang mencatat jumlah driver ojol di Indonesia mencapai sekitar 4 juta orang, lebih besar dari jumlah profesi lama, seperti nelayan.
Secara keseluruhan di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, adalah pasar bagi 70 persen angkutan online di seluruh dunia. Di negara ini sendiri lebih dari 20 juta masyarakat adalah pengguna angkutan online.
BACA JUGA: Analisis Reza Indragiri soal Debat Capres; Ewuh-pakewuh Menipis, Frontal
Selain itu, Anas menyebut pekerjaan ojol ini juga merupakan faktor pengungkit bagi tumbuhnya pengguna produk IT karena setiap ojol pasti merupakan pemegang smartphone dengan semua fasilitas teknologi yang melekat pada perangkat tersebut.
Walakin, di balik tren pekerjaan ojol terdapat keprihatinan yang tersembunyi. Sumbernya dari posisi tawar driver yang makin lemah terhadap aplikator yang tercermin dari semakin kecilnya pembagian hasil antara driver dan aplikator.
BACA JUGA: Detik-detik Prabowo Cuekin Anies Setelah Debat Ketiga Capres, Ini yang Terjadi
Anas bahkan menyatakan berdasarkan riset PKN, hampir 30 persen hasil kembali ke aplikator, sementara driver hanya memperoleh 70 persen dari hasil kerja bersama, padahal dulu di awal-awal porsi driver mencapai 90 dari total hasil yang diperoleh.
"Ini kan, tidak fair, karena aplikator hanya menyediakan sistem, sementara tenaga, alat kerja (motor/mobil), dan bensin adalah tanggung jawab driver," kata Anas dikutip dari siaran pers di Jakarta, Senin (8/1).
Anas berpendapat bahwa yang lebih masuk akal adalah seorang driver harus dipandang sebagai mitra penuh oleh aplikator, bukan karyawan yang terus dikurangi porsi pembagiannya.
Dia mengakui berbagai tinjauan memang menyebutkan bahwa di era IT ini telah terjadi model kapitalisme yang lebih ganas dalam mengakumulasi kapital dibanding era-era industrial sebelumnya.
Posisi orang-orang terkaya di dunia didominasi oleh konglomerat IT yang sanggup mengakumulasi jauh lebih cepat dan lebih besar ketimbang para pendahulunya.
"Ada jargon, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kunci, itu benar. Akan tetapi kita harus melihatnya lebih proporsional demi menegakkan keadilan," tuturnya.
Anas menyampaikan dalam kasus ojol. yang berkeringat di jalan adalah driver, yang berisiko jika kendaraannya kecelakaan juga pengemudi.
"Yang harus membeli bensin setiap hari ya driver sendiri. Driver memilih menjadi ojol karena tidak ada pilihan yang lebih baik, rasanya tidak adil menghisap keringat mereka lebih banyak lagi," ujar mantan ketum PB HMI itu.
Oleh karena itu, Anas menegaskan jika PKN menang, partainya akan memperjuangkan pengemudi ojol mendapatkan kembali kesejahteraannya.
"yakni 90 persen penghasilan merupakan hak driver yang memiliki semuanya, kecuali sistem. 10 persen itu sudah cukup besar bagi aplikator, itu namanya keadilan," kata Anas.(fat/jpnn.com)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam