jpnn.com, YOGYAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus memastikan kesiapsiagaan semua pihak, dalam menghadapi ancaman bahaya letusan Gunung Merapi dan pandemi Covid-19 di Yogyakarta.
Kesiapsiagaan ini disampaikan Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan saat melakukan konferensi pers di Pusdalops DIY pada Jumat (13/11).
BACA JUGA: Jip Wisata di Lereng Gunung Merapi pun Siap Membantu Evakuasi
“Ancaman bahaya yang dihadapi tidak hanya erupsi Gunung Merapi tetapi juga pandemi Covid-19 sehingga apa yang harus dilakukan mengacu pada dua hal tadi,” ujar Lilik.
Lilik menjelaskan bahwa pihaknya bersama kementerian/lembaga sudah hadir di Yogyakarta sebagai bentuk keseriusan pemerintah pusat guna memastikan kesiapsiagaan terhadap ancaman bahaya Gunung Merapi.
BACA JUGA: Pertambahan Kasus Covid-19 di Indonesia Hari Ini Cukup Tinggi
Dia juga ingin memastikan bahwa pemerintah daerah telah melakukan kesiapsiagaan, khususnya di empat kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman, Boyolali, Klaten dan Magelang.
“Kami memastikan semua SOP (standard operating procedure) yang selama ini sudah berjalan dengan baik,” tambahnya.
BACA JUGA: Berseteru dengan Pendukung Habib Rizieq, Nikita Mirzani Banjir Dukungan
Menurut Lilik, mulai tahun 2010 lalu desa-desa sekeliling Gunung Merapi sudah melakukan desa tangguh bencana.
Dari hasil diskusi dengan masyarakat lereng Gunung Merapi, mereka bisa menangani sejauh ini dan apabila membutuhkan bantuan, ini akan disampaikan.
Terkait dengan bahaya Covid-19, Lilik berharap tidak ada klaster baru.
Dia menyampaikan bahwa tempat pengungsian telah disekat dan menerapkan protokol kesehatan, seperti rapid test saat warga mulai masuk.
“BNPB akan mendukung swab antigen relawan-relawan yang akan bekerja melayani warga yang dievakuasi apabila terjadi letusan nanti,” jelas Lilik.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menyampaikan bahwa tingginya aktivitas vulkanik Gunung Merapi tidak ada kenaikan yang signifikan.
“Kondisinya stabil tetapi tinggi,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa guguran lava yang sudah agak jauh. Beberapa kali terjadi guguran di sisi barat dan barat laut. Guguran sempat terpantai dengan jangkauan beragam, 1 km, 2 km dan 3 km.
“Ada desakan magma dari dalam sehingga terjadinya material di puncak tidak stabil. Saat ini lava yang gugur adalah material lama, sisa erupsi yang lama. Lava yang baru belum muncul,” tambah Hanik.
Perkembangan data per 14 November 2020, pukul 15.00 WIB, warga kelompok rentan yang telah dievakuasi berjumlah 1.558 jiwa.
Jumlah warga dievakuasi terbesar di Kabupaten Magelang 814 jiwa, Klaten 307, Boyolali 253 dan Sleman 184.
Hewan ternak yang telah dievakuasi berjumlah 3.066 jiwa, dengan rincian di Kabupaten Boyolali berjumlah 2.874 ekor, Klaten 113 dan Sleman 79.((fat/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam