Ancaman 'Reshuffle', Komunikasi Politik Terburuk SBY

Jumat, 12 Februari 2010 – 19:48 WIB
JAKARTA - Pengamat politik dari LIPI, Ikrar Nusa Bakti menilai, komunikasi politik dengan ancaman reshuffle yang dilakukan SBY kepada pimpinan partai koalisi adalah komunikasi paling buruk yang pernah ada"Komunikasi politik yang terjadi antara SBY dengan dengan pimpinan partai secara keseluruhan, itu komunikasi politik yang paling buruk

BACA JUGA: Eselon I di Lima Kementerian Bertambah

Karena SBY lebih banyak menggunakan pendekatan ancaman dan pendekatan melankolis dalam political communication, ketimbang menyelesaikan masalah secara internal," kata Ikrar, di Jakarta, Jumat (12/2).

Akibatnya kata Ikrar, beberapa partai koalisi akan semakin memberontak, seandainya terus dilakukan tekanan ataupun ancaman dari Presiden
Ikrar memandang, SBY dan Partai Demokrat merasa ketakutan bakal kehilangan rekan koalisi

BACA JUGA: 16 Februari, Pusat Lunasi Hutang DBH 2009

"Partai Golkar, PKS dan PPP, semakin diancam dengan apapun, itu tentunya akan berupaya juga menunjukkan bahwa mereka (partai yang ditekan, Red) masih punya gigi
Kalau nanti Golkar, PPP, PKS keluar dari koalisi, itu tentu akan kewalahan," ujarnya.

Ikrar mencontohkan, seperti ancaman hutang pajak Aburizal Bakrie misalnya

BACA JUGA: Novanto Bantah Petinggi Golkar Dipanggil SBY

Itu pada dasarnya adalah persoalan manajemen pemerintahan"Kenapa tidak diselesaikan pada saat permasalahan itu ada, pada Kabinet Indonesia Bersatu jilid I di mana SBY masih Presiden dan Aburizal masih menjadi Menko Kesra dan Menko PerekonomianKenapa kemudian baru dimunculkan sekarang?" tanya Ikrar.

"Ancaman politik yang dilakukan SBY itu, merupakan strategi yang tidak sehatSeharusnya, sesama koalisi, Presiden melakukan manajemen politik yang baik, dengan komunikasi politik internal melalui hubungan khusus dengan ketua partai," saran Ikrar pula(fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Edward Bantah Rapim Bahas Pengganti BHD


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler