Andi Akmal Minta Pemerintah Bertindak Cepat Sikapi Kenaikan Harga Beras

Rabu, 26 Januari 2022 – 22:50 WIB
Ilustrasi beras. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin meminta pemerintah bertindak cepat untuk mengendalikan kenaikan harga beras selama sepekan terakhir di berbagai daerah.

Menurut Akmal, kenaikan harga jangan sampai berlarut-larut karena ini merupakan kebutuhan mendasar pangan rakyat.

BACA JUGA: Antisipasi Kenaikan Harga Beras Jelang Natal dan Tahun Baru

“Saya mendorong untuk mengendalikan beras. Pemerintah segera bayar Perum Bulog yang mencapai Rp 4,5 triliun sehingga dapat segera menjalankan penugasannya sebagai lembaga penyalur beras berupa bansos pemerintah,” kata Akmal, Rabu (26/1/2022).

Legislator asal Sulawesi Selatan II ini mengatakan biasanya harga beras naik disebabkan oleh sudah mulai jarangnya panen raya yang biasanya terjadi bulan Agustus.

BACA JUGA: Harga Beras Merangkak Naik, Relatif Tajam

Saat ini, kata dia, Januari 2022, memang bukan waktunya panen raya, akan tetapi sudah ada yang panen dan stok di gudang bulog seharusnya dapat mengendalikan harga di pasar.

“Dinamika harga beras, pemerintah mesti dapat mengatasinya meskipun ini hanya hanya efek psikologis sebelum memasuki panen raya,” kata Akmal.

BACA JUGA: Ratusan Purnawirawan TNI AL Berkumpul di Graha PPAL, Ada Apa?

Politikus PKS ini menilai pemain beras utama di negeri ini hanya segelintir. Oleh karena itu, mudah pemerintah mengendalikan harga beras ini.

Akmal ini mengutip data yang ia peroleh, bahwa saat ini, stok di Bulog ada sekitar 985 ribu ton. Bahkan klaim dari kementerian pertanian sebagai kementerian teknis, stok beras menunjukkan tren positif.

Data BPS menunjukkan di atas 7 juta ton sampai 9 juta ton stok gabah selama 3 tahun terakhir tersedia. Hal penting yang akan dapat mengendalikan harga beras di berbagai daerah di Indonesia adalah persoalan distribusi. 

Akmal menambahkan meskipun persoalan harga beras ini bukan domain dari kementerian pertanian, semestinya kementerian teknis dalam rapat koordinasi terbatas Kemenko Perekonomian atau rapat kabinet dapat menyampaikan bahwa saat kondisi pasokan beras di dalam negeri melimpah.

Oleh karena itu, dapat cepat persoalan kenaikan harga beras dapat dikendalikan dengan kebijakan-kebijakan saling terkoordinasi.

“Yang saya khawatirkan ini adalah ada kebijakan miring berupa membuka kran impor beras medium karena dianggap stok kurang yang menyebabkan harga beras naik. Padahal sebentar lagi panen raya, dan apabila ada opsi impor, ini sangat menyakiti petani beras dalam negeri,” kritis Akmal.

Anggota FPKS ini menyampaikan, dengan semua klaim pemerintah bahwa stok beras cukup, tetapi kenyataan yang terjadi dilapangan terjadi kenaikan harga beras menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia.

Ini artinya, stok milik Perum Bulog belum mampu menahan pergerakan harga beras yang mulai mengalami kenaikan.

“Saya minta jangan sampai harga beras ini seperti minyak goreng yang naik susah turunnya. Pengendalian beras ini semestinya lebih mudah dan pemerintah jangan sampai kalah dengan para pedagang-pedagang besar beras yang bisa seenaknya mengendalikan harga di pasar,” ujar Andi Akmal.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler