Androgini Versus Feminin

Minggu, 19 Oktober 2014 – 09:31 WIB
BERBAGAI GAYA: Rancangan mahasiswa jurusan Fashion Design and Business Universitas Ciputra di Ciputra World Jumat malam (17/10). (Dimas Alif/Jawa Pos)

jpnn.com - SURABAYA– Mencium selera pasar mengenai tren yang disukai sekarang saja tidak cukup. Karena itu, para mahasiswa dari jurusan Fashion Design and Business Universitas Ciputra berusaha merancang busana yang tengah diminati masyarakat dengan tetap memberikan sentuhan eksklusif. Ada 21 busana karya mahasiswa tersebut yang dipamerkan dalam Design and Technology Expo yang diadakan Fakultas Industri Kreatif UC di Ciputra World.

Salah seorang mahasiswa, Rosita Natalia, menyatakan, desain yang menjadi pilihannya kali ini adalah ready-to-wear berdetail androgyny. ’’Style androgyny masih menjadi favorit. Banyak perempuan yang suka bergaya boyish,’’ ucap mahasiswa semester tiga tersebut. Gaya androgynydiaplikasikan pada cutting active wear seperti kemeja dan kaus yang rata-rata berdetail loose, tetapi tetap menunjukkan siluet tubuh.

BACA JUGA: Androgini versus Feminin

Cutting didukung dengan bahan-bahan yang nyaman. Rosita yang menamakan desainnya dengan brand W.A.L.K tersebut mengombinasikan bahan seperti crepe sifon, beragam jenis wool, dan katun.

Selain Rosita, ada Esther Jean yang memilih desain yang kontras dari milik Rosita. Yaitu, baju ready-to-wear berkonsep feminin. ’’Tetapi, feminin versi street look. Jadi, seakan seksi tapi tetap sopan,’’ jelas mahasiswa yang menamakan baju-bajunya dalam brand Velvet tersebut.

BACA JUGA: Ibu Dukung Anak Makin Fashionable

Karena itu, cutting yang dipilih kebanyakan yang menampilkan siluet tubuh perempuan yang banyak diminati saat ini. Misalnya, midi dress,cropped top, atau pencil skirt yang semua dibuat pada bahan santung silkbermotif floral print. Seorang dosen FIK UC Soelistyowati mengungkapkan, apa yang dikerjakan para mahasiswa merupakan bagian dari proyek mata kuliah visual merchandise.

Ketika semester satu, mereka baru membuat perencanaan. Lalu, semester dua mulai membuat desain baju. Nah, sekarang semester tiga mereka mulai turun untuk menjual baju. ’’Sekarang eksekusinya,’’ ungkapnya.

BACA JUGA: Usia Kian Muda, Bukan Sekadar Berhenti Menstruasi

Meski begitu, indikator penilaiannya tidak semata-mata dari penjualan baju terbanyak. Melainkan dari konsep, perencanaan, strategi, dan komponen lain. ’’Intinya, mahasiswa bisa menciptakan baju yang up-to-date, ideal, dan bisa dijual. Sebab, kami tidak hanya belajar mendesain, tetapi juga menjual,’’ paparnya. (ina/c15/tia)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Angka Kematian Ibu di Surabaya Tertinggi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler