jpnn.com - JAKARTA--Sejak 3,5 tahun lalu, perut Ni Komang Riantari, janda asal Banjar Kaja, Desa Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem terus membesar. Berbagai usaha dilakukan untuk menyembuhkan penyakit aneh tersebut. Namun tidak juga membuahkan hasil. Kini perutnya lebih besar dari wanita hamil 9 bulan.
“Sudah sangat banyak balian, dukun didatangi. Tapi tidak juga ada perubahan,” ujar Wayan Ayu Kertiasih, 34, kakak kandung Riantari.
BACA JUGA: Pengubur Engeline, Hadiri Sidang dengan Wajah Lebam
Riantari memang tinggal bersama Kertiasih. Kertiasih memang sudah menikah, tapi rumah suaminya tak jauh dari rumah Riantari. Karena itu, Riantari diajak tinggal bersamanya. Kebetulan pula, ibu kandungnya, Ni Ketut Berit juga tinggal di sana. Karena penyakit aneh itu, Riantri harus sering bolak-balik toilet. Baik kencing, maupun BAB (buang air besar). Tapi tidak lancar. Di sisi lain, nafsu makannya normal.
Riantri pernah menikah dengan pria asal Kamasan, Klungkung. Karena tidak ada kecocokan, Kertiasih mengaku hanya tinggal dengan suaminya di Kamasan sekitar tiga bulan. Setelah itu, dia kembali ke rumah orang tuanya, dalam kondisi hamil. Sebulan sebelum melahirkan, dia sempat kembali ke Kamasan. Melahirkan di sana. Setelah itu resmi cerai. Riantari dikaruniai seorang anak perempuan yang kini berusia empat tahun. Dia mendapat hak asuh anak perempuan bernama Kadek Diah Damayanti, itu. Karena dalam kondisi sakit, anaknya diadopsi Kertiasih.
BACA JUGA: Soal PNS Cantik yang "Umbar" Aurat di Facebook, Reaksi Polisi...
Menurut Riantari, munculnya penyakit aneh itu berawal dari muntah darah. Perlahan perutnya terus membesar. Bahkan ia mengaku, rasanya lebih berat ketimbang hamil. Selain berusaha pengobatan nonmedis, Riantari sudah bolak-balik menjalani rawat inap di rumah sakit.
Terakhir, dia sempat menjalani rawat inap di RSUD Karangasem selama 1 bulan, pada Desember 2015. Tak juga ada perubahan. Riantri mengatakan, ada dokter yang memvonisnya mengalami pembengkakan hati. Tapi ada juga yang mengaku tak tahu pasti penyakitnya. Sehingga tidak bisa dioperasi bedah. Sebagai upaya penyembuhan, cairan yang ada dalam perutnya sempat disedot sebanyak tiga kali. Sekali sedot bisa keluar cairan sebanyak tiga botol besar air mineral. Warnanya seperti teh.
BACA JUGA: BAHAYA! Anak Kelas Enam SD sudah Terlibat Curanmor
Hanya saja, itu tidak bisa sering dilakukan, karena harus mengukur kondisi tubuhnya. Apalagi, setelah tiga kali disedot, perubahannya hanya bersifat sementara. Malah, tiga bulan terakhir penyakit itu semakin parah. Obat yang dulunya bisa membuat perut itu bisa lembek, kini tak mempan lagi.
“Sekarang kalau disentuh tetap keras. Walaupun sudah minum obat. Dulu kalau minum obat bisa lembek. Tidak keras saat dipegang,” imbuhnya.
Selain perutnya yang terus membesar dan keras, kedua kakinya juga mulai bengkak, sehingga jarang keluar rumah. Karena tak kuat lagi berjalan, Riantari hanya duduk di atas kursi. Tidak bisa tidur berlama-lama.
“Kalau tidur susah napas. Capek harus tengadah terus,” imbuhnya. Yang paling membuatnya menderita hari raya. Perut besar itu terasa panas membara. Ditambah terasa ditusuk jarum.
“Kalau dipegang rasanya dingin, tapi di dalam itu rasanya sangat panas. Rasanya ditusuk-tusuk,” pungkasnya. (kadek mertawan/yes/mus/flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mata Air di Dalam Goa Seperti Konde pada Rambut, Begini Kisahnya
Redaktur : Tim Redaksi