Aneh, Rela Tinggalkan Suami demi Mandi di Kali Jagir

Jumat, 27 Februari 2015 – 21:15 WIB
Aneh, Rela Tinggalkan Suami demi Mandi di Kali Jagir. Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com - Kebiasan diri dan keluarga sejak kecil sulit diubah. Hal itu dialami Sephia, 31, warga Wonokromo, yang tinggal di bantaran Kali Jagir.

Demi mempertahankan kebiasaan mandi di Kali Jagir, Sephia tega meninggalkan suaminya, Donwori, 37, di kampung halamannya, Tuban.

BACA JUGA: Tower Transmisi Dicuri Ternyata untuk Beli Narkoba

Dia pun memutuskan untuk menggugat cerai Donwori di Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jawa Timur di Jalan Ketintang Madya, Kamis(26/2).

Sudah empat tahun ini Sephia dan anaknya tinggal Tuban mengikuti Donwori. Bagi Sephia, hidup di desa itu cukup menenangkan.

BACA JUGA: Pembantaian Sadis, Sekeluarga Dibabat Celurit

Apalagi, Donwori berasal dari keluarga berada yang punya sawah dan ladang untuk kehidupan sehari-hari.

Kondisi tersebut jauh berbeda dari keluarganya di Surabaya. Sephia berasal dari golongan menengah ke bawah.

BACA JUGA: Polisi Sebar Foto Penyekap dan Penyiksa Siswi SMA di Kos-kosan

Ayahnya bekerja sebagai tukang becak dan ibunya jadi tukang cuci. Dia juga punya empat saudara.

Tak heran jika dia hanya bisa menamatkan pendidikan di jenjang SMP. Untuk terus ke SMA, keluarga Sephia wis gak duwe bondo maneh.

Nasib baik dialami Sephia. Pada 2005, Donwori yang lulusan SMA bekerja di salah satu perusahaan kayu di Surabaya. Di Surabaya-lah Donwori bertemu Sephia yang waktu itu bekerja sebagai SPG (sales promotion girl). Kebetulan, ”kantor” Sephia dekat kos-kosan Donwori di kawasan Manyar.

”Setahun menikah, saya dan suami tinggal di Surabaya,” ungkap Sephia.

Tentu mereka tidak tinggal di rumah orang tua Sephia di Wonokromo. Donwori memilih mencari kos-kosan rumah tangga untuk tinggal bersama Sephia.

Menurut Sephia, Donwori memang tidak suka tinggal di lingkungan rumahnya yang kumuh. Karena itu, Donwori mengajak Sephia ngekos saja.

”Saya nurut saja, Mbak. Yang penting, semua kebutuhan saya dipenuhi,” katanya.

Donwori memang pria yang baik dan tanggung jawab. Faktanya, setelah menikah, Sephia berhenti kerja.

Semua urusan rumah tangga di-support Donwori secara materi. Meski hidup bahagia dan cukup di kos-kosan, Sephia rindu pada lingkungan rumahnya yang kumuh.

Siang waktu Donwori kerja, biasanya Sephia pulang ke rumah orang tuanya di Jagir. ”Mulai bayi kan saya tinggal di Jagir. Kalau tidak mandi di Kali Jagir, ada yang kurang,” tuturnya.

Bahkan, jika tidak mandi di sungai, Sephia merasa bahwa kulitnya bersisik dan gatal-gatal. Aneh, to? Padahal, tahu sendi kan, Kali Jagir itu kotornya seperti apa.

”Aneh ya, Mbak? Makanya, saya bingung dengan kulit saya. Biasanya kan orang gatal-gatal kalau mandi dengan air kali. Ini kok kebalikannya,” ungkapnya, lantas tertawa.

Tentu kebiasaan mandi di sungai tersebut benar-benar membuat petaka dalam hidupnya, apalagi sejak Donwori mengajak Sephia tinggal di Tuban.

Menurut Sephia, waktu tinggal di Tuban, hidupnya memang tenang dan bahagia. Namun, dia merasa sengasara karena kulitnya gatal.

”Kata orang sih, kulit saya tidak berubah dan tetap bersih. Tapi, saya merasa panas dan gatal-gatal,” ujarnya.

Padahal, di Tuban dia mandi dengan air PDAM. Airnya lebih bersih dan terjamin kesehatannya.

Untuk meyakinkan bahwa kulitnya baik-baik saja, Sephia juga datang ke dokter kulit. ”Terus saya coba mandi di kali waktu pulang ke Surabaya. Ealah, sembuh, Mbak. Makanya, saya tidak mau menyiksa diri hidup di kampung. Hidup di pinggir kali saja cukup,” katanya. (opi/awa/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembangunan PLTU Nunukan Molor Lagi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler