jpnn.com - JAKARTA - Lingkar Madani (LIMA) Indonesia menilai partai politik (parpol) kontestan Pemilu Legislatif (Pileg) 2014 tak mampu mengoptimalkan masa pelaksanaan kampanye rapat umum yang berlangsung sejak 16 Maret hingga 5 April. Salah satu hal yang disoroti LIMA adalah pemilihan tempat untuk kampanye rapat terbuka yang tak sesuai dengan jumlah massa yang hadir.
Menurut Direktur LIMA, Ray Rangkuti, parpol sering kali menyelenggarakan kampanye di suatu tempat yang sangat besar. Namun, peserta yang hadir tidak sampai menyentuh setengah dari ruangan sehingga kampanye terkesan sepi dan lengang. "Tentu saja hal seperti ini dapat mengurangi kesan positif terhadap parpol bersangkutan," katanya di Jakarta, Minggu (6/4).
BACA JUGA: Politik Uang, Galang Suara dengan Jaringan Mirip MLM
Selain itu, kata Ray, LIMA juga mencatat fakta bahwa panggung yang mestinya menjadi tempat orasi untuk menyebarkan ide dan program justru jadi ajang untuk pertunjukan hiburan. Karenanya, Ray menganggap panggung kampanye terbuka lebih banyak berisi hiburan daripada pendidikan politik.
"Efeknya, seringnya terjadi pelanggaran-pelanggaran kuno kampanye. Seperti konvoi yang mengabaikan aturan lalu lintas, saweran-saweran, pelibatan anak-anak, bahkan tarian yang menjurus erotisme," katanya.
BACA JUGA: ICW Diintimidasi saat Pantau Politik Uang
Parahnya, partai politik saat kampanye justru tidak dapat secara gamblang menyampaikan visi, misi maupun program-program untuk Indonesia ke depan. Alih-alih memaparkan program, materi kampanye parpol justru berisi sindiran, kenyinyiran dan subjektifitas.
"Panggung kampanye kita kalau tak berisi hiburan, berisi kenyinyiran. Menjadi tempat di mana sindir-sindiran politik merajalela. Tentu saja sindiran berbeda dengan kritik. Kritik itu nalar objektif kritis atas situasi yang berkembang di tengah masyarakat,"katanya.
BACA JUGA: Anis Optimistis PKS Raih Tiga Besar
Karenanya Ray mengaku heran dengan berbagai hal yang ditampilkan peserta pemilu selama masa kampanye rapat umum. Padahal, katanya, pemahaman masyarakat Indonesia akan dunia politik saat ini telah jauh berubah. Sebab, katanya, masyarakat sudah tidak lagi meminati model kampanye terbuka gaya kuno.
Dipaparkannya, saat ini di tengah fasilitas media sosial yang menjamur, pemilih yang melek informasi enggan kepanasan atau kehujanan di lapangan demi hadir di kampanye. "Model tatap muka, dialog yang intens, silaturrahmi yang terus menerus, nampaknya menjadi model kampanye kita di masa depan," ujarnya.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jumlah Daerah Otonom di Indonesia Perlu Dikunci
Redaktur : Tim Redaksi