jpnn.com - JAKARTA - Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Donal Fariz menyebut modus politik uang semakin berkembang. Para pelaku politik uang tidak hanya menyebar uang kepada pemilih namun membentuk jaringan seperti multilevel marketing (MLM).
"Para kandidat tidak hanya menyebar uang ke voters tetapi membuat jaringan seperti MLM," kata Donal dalam konferensi pers di ICW, Jakarta, Minggu (6/4).
BACA JUGA: ICW Diintimidasi saat Pantau Politik Uang
Donal menjelaskan, kandidat menarik satu orang untuk mengambil suara. Satu orang yang ditarik itu, lanjut dia, memiliki tanggung jawab untuk mencari orang lain guna menutupi kebutuhan suara si kandidat.
"Modus yang dipakai kandidat buat jaring laba-laba untuk mengatur suara. Satu orang bertanggung jawab untuk mendapat suara sepuluh," ujar Donal.
BACA JUGA: Anis Optimistis PKS Raih Tiga Besar
Dalam bekerja, Donal menambahkan, orang yang bertanggung jawab mencari suara itu menandatangani kontrak. Orang itu, lanjut dia, baru mendapat bayaran apabila mampu mencapai target dalam kontrak.
"Kalau berhasil dapat sepuluh suara dibayar, kalau tidak ya tidak dibayar. Dibayar usai perhitungan suara," tuturnya.
BACA JUGA: Jumlah Daerah Otonom di Indonesia Perlu Dikunci
Donal menyatakan, sistem jaring laba-laba itu sudah ada sejak lama. Namun saat ini makin berkembang. Sebab, para pelaku pemberi politik uang ini ingin mendapatkan kepastian bahwa orang yang diberi uang betul-betul memilih mereka.
Donal menyatakan, para pelaku politik uang kebanyakan datang dari kandidat dan tim sukses. Para kandidat itu, kata dia, akan mengecek langsung ke TPS untuk membuktikan bahwa orang yang diberikan uang memilih mereka.
"Kandidat itu kroscek di TPS. Bisa juga timses mereka foto apakah sudah mendapat sepuluh suara apa belum," tandas Donal. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ditawari Beli Undangan Memilih, Caleg Lapor Panwaslu
Redaktur : Tim Redaksi