Anggaran untuk Program IPDMIP di Kuningan Dirasakan Manfaatnya

Selasa, 23 November 2021 – 18:01 WIB
Program sekolah lapang di Kabupaten Kuningan. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, KUNINGAN - Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Beni Prihatatno mengatakan anggaran yang dikucurkan untuk program IPDMIP memberikan dampak besar bagi sektor pertanian di daerahnya.

Pada program pengelolaan dan pengembangan irigasi partisipatif terpadu tersebut, Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan mendapat alokasi hibah sebesar Rp 8.020.000.000.

BACA JUGA: Ningsih Tak Terima Anaknya Ditahan Polisi, Dituduh Terlibat Pengeroyokan, Brigjen Rudi Turun Tangan

Kucuran dana tersebut berasal dari International Fund for Agricultural Development (IFAD), salah satu badan bentukan PBB yang fokus pada pengembangan pertanian.

"Sejak 14 Februari 2018 (mulai digunakan anggarannya) sampai nanti 30 September 2023," ujar Beni melalui keterangan tertulisnya.

BACA JUGA: Lewat Sekolah Lapang Pertanian di Kuningan Terdongkrak

Dia mengatakan sejak adanya program IPDMIP, pengetahuan dan keterampilan para petani dalam budi daya meningkat. Mereka lebih memahami bagaimana cara memanfaatkan lahan yang produktif, sehingga pengeolaan usaha taninya lebih baik.

"SDM petani Kabupaten Kuningan makin berkualitas. Kepercayaan diri para petani meningkat. Mereka lebih mandiri dalam usaha taninya," kata Beni.

BACA JUGA: Tarif Sewa Rumah Kontrakan di Jakarta Sangat Murah, Mungkin Anda Tak Percaya

"Dan tentu yang paling penting, produktivitas mereka meningkat. Dari sebelumnya sebelumya rata-rata 5,6 ton/ha sekarang menjadi 6,2 ton/ha," lanjut Beni.

Kabupaten Kuningan total mendapat Rp 38.960.000.000. Selain dari IPAD, mereka juga mendapat bantuan dari ADB (Asian Development Bank) serta ASEAN Infrastructure Fund (AIF), masing-masing Rp 25.780.000.000 dan Rp 5.160.000.000.

Ditambahkan Beni, dengan adanya Program IPDMIP yang menyediakan anggaran yang cukup besar, akan menjadi tantangan untuk semakin meningkatkan peningkatan kapasitas pengetahuan bagi seluruh ekosistem pertanian di Kabupaten Kuningan, sehingga diharapkan keseriusan dalam mengelola program IPDMIP ini guna meningkatkan pendapatan petani.

"Karena visi Bapak Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo) jelas, bagaimana terus meningkatkan kesejahteraan petani," tambah dia.

Menurut Beni, anggaran dari IFAD yang notabene leading sector-nya adalah Kementerian Pertanian, diperuntukan untuk banyak hal. Yakni Rekrutmen Staf Lapangan, Pelatihan Penyuluh Swadaya, Sekolah Lapang (I & II), Buku Catatan Petani, Forum Berbagi Pengalaman Antar Petani, Kunjungan Lintas Desa, Pertemuan Bulanan Penyuluh, Penghargaan Petani, Penghargaan Penyuluh, Penyimpanan Benih, Peralatan Demonstrasi, Rantai Nilai, Koordinasi dan Monitoring Evaluas, hingga Peralatan Pendukung Manajemen.

"Sekarang sudah berjalan tahun ketiga," tambah Beni.

Selama tiga tahun tersebut, pihaknya sudah melaksanakan kegiatan Pelatihan Penyuluh Swadaya sebanyak 30 Orang dari 8 Daerah Irigasi yang dilaksanakan pada tahun 2019.

Dampak dari kegiatan tersebut penyuluh Swadya lebih efektif, efisien, meningkatnya pengetahuan, keterampilan teknik penyuluhan pertanian, dan teknik pertanian.

"Kami juga melaksanakan rekrutmen staf lapangan pada tahun 2019. Sebanyak sebelas orang yang ditugaskan di delapan wilayah daerah irigasi kesepakatan dan setiap tahun perpanjangan kontrak, adanya staf lapangan sangat membantu untuk kelancaran program IPDMIP. Karena di Kabupaten Kuningan jumlah penyuluh pertanian belum ideal. Harapan kami satu penyuluh satu desa," beber Beni.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan IPDMIP memiliki peran mendorong proses transformasi dari sistem pertanian tradisional menjadi modern. Untuk itu, SDM-nya harus digarap lebih dahulu.

"Mereka adalah petani, penyuluh, petani milenial melalui pelatihan,” kata dia.

Sistem pertanian tradisional, katanya, dicirikan oleh produktivitas yang rendah, penggunaan varietas lokal, dikerjakan secara manual atau dengan bantuan tenaga ternak. Sistem pertanian ini belum memanfaatkan mekanisasi pertanian serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

“Pertanian modern dicirikan masifnya varietas berdaya hasil tinggi, menerapkan mekanisasi dan pemanfaatan teknologi era industri 4.0,” ujar SYL.

Adapun kunci dari peningkatan kesejahteraan petani adalah memperkuat hilirisasi pertanian dan mengembangkan pertanian modern.

Dijelaskan SYL ada beberapa ciri pertanian modern. Di antaranya penggunaan varietas unggul dengan potensi hasil tinggi (High Yiedling Variety), pemanfaatan sarana prasarana pertanian modern (Alsintan), pemanfaatan IOT melalui smart agriculture dan SDM pertanian yang unggul mampu menggenjot produktivitas.

"Maka dari itu, pengelola dan penyuluh pendamping di lokasi IPDMIP harus mempunyai semangat untuk meningkatkan kapasitas penguasaan teknologi bagi penyuluh maupun petani. Manfaatkan segala media informasi untuk dapat mempublikasikan keberhasilan kegiatan IPDMIP," jelas dia.

"Saya mengharapkan segenap pengelola dan penyuluh pendamping di lokasi IPDMIP untuk mengembangkan kapasitas usaha poktan dan gapoktan untuk menjadikannya korporasi petani," kata SYL. (jpnn)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler