Anggota Bonek Itu Pergi di Hari Ulang Tahunnya

Selasa, 10 Januari 2017 – 03:02 WIB
SOLIDARITAS: Sejumlah Bonek membentangkan poster dan menggalang dana di gang rumah Hasrul bin Hasan Basri di Desa Waru, Kecamatan Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (8/1). Foto Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Sangat mudah mencari rumah Hasrul bin Hasan Basri alias Pokak, 22, warga Jalan S Parman nomor 21, Desa Waru, Sidoarjo, Jawa Timur.

Di depan gang sudah berkumpul puluhan Bonek dan membentangkan poster besar Persebaya.

BACA JUGA: Bonek Sudah Tinggalkan Bandung

Namun di rumah kecil di lingkungan rumah dinas sosial di Jalan S Parman itu, kemarin terlihat sepi.

Hanya berkumpul beberapa tetangga di depan sebelah rumah kecil tersebut. Ketika Radar Sidoarjo (Jawa Pos Group) mendatangi rumah itu, seorang wanita mengenakan pakaian bertuliskan TKSK di dada kirinya menyambut.

BACA JUGA: Kisah Perjuangan Bonek ke Bandung yang Berujung Maut

“Saya Herlin Astianti, ibu asuh korban dan adiknya. Dia sudah tidak punya ayah dan ibu,” katanya.

Herlin yang juga menjabat ketua RW 14 Desa Waru ini menjelaskan, jika selama ini korban hidup bertiga dengan adiknya M Azhar, 16, dan pamannya

BACA JUGA: Persiba Belum Ambil Sikap Soal Regulasi Legiun Asing

Suherman yang mengalami stres. Sedangkan kedua orang tua Hasrul sudah meninggal.

Herlin pun mengadopsi mereka dengan mendapat dana dari para donatur.

“Korban sempat saya masukkan kerja tapi memilih keluar. Akhirnya saya ajak untuk membantu saya mendata atau memberikan bantuan ke orang yang kurang mampu lainnya di Kecamatan Waru,” terusnya.

Wanita berusia 46 tahun ini mengatakan, selama ini Hasrul memang suka meminum miras.

Bahkan dia sering mengumpulkan teman-temennya untuk minum miras bareng. Bahkan, dia juga berkali-kali digerebek pihak Polsek Waru.

Karena itu Herlin mengatakan tidak terkejut saat korban meninggal karena miras oplosan.

“Saya sudah melarangnya tapi ya sulit karena terbawa lingkungan pergaulannya,” paparnya.

M Azhar, 16, adik Hasrul mengatakan, kakaknya tidak berpamitan saat pergi ke Bandung. Padahal sebelumnya saat ke Jakarta ia dipamiti.

“Saya tidak tahu kalau kakak ke Bandung. Saya tahunya kakak pergi dijemput temannya Kamis (5/1) malam,” kata M Azhar.

Azhar mengaku sangat terpukul. Dia sudah kehilangan orang tuanya, kini kehilangan kakak.

Apalagi kakaknya ini tewas bertepatan dengan hari ulang tahunnya.

“Tanggal 7 Januari itu bertepatan dengan ulang tahunnya ke-21,” ujarnya lemas.

Di sisi lain, Radar Sidoarjo juga menemui keluarga dari korban Mustakim Najib, 21, warga Dusun Wedoro PP RT 2 RW 1, Desa Wedoro, Kecamatan Waru.

Machmud, 46, ayah Mustakin Najib mengatakan sempat melarang anaknya ke Bandung namun ia memaksa ikut.

Dan usai korban berangkat dirinya tidak mendapat firasat apapun. “Tidak ada firasat apapun, hanya saja kakaknya Irma yang mengaku bermimpi jelek di malam sebelum kejadian. Saat ini Irma sedang perjalanan pulang usai ke Subang,” katanya.

Najib dikenalnya sebagai anak yang gandrung dengan sepak bola terumata pada klub Persebaya. Sehingga saat mendengar ada rencana ngeluruk ke Bandung ia pun ikut.

“Bahkan Najib sempat nekat keluar dari tempat kerjanya di pabrik kayu daerah Berbek Industri. Padahal ia baru tiga bulan bekerja di sana,” tambahnya.

Ia mengaku pertama kali mendengar kabar jika sang anak dalam kondisi kritis di RSUD Subang pada pukul 17.30.

Kabar tersebut diterima dari temannya anaknnya melalui BBM. Bahkan, pada Minggu dinihari pukul 02.00, ia sempat mendapat kiriman gambar korban yang terbaring di tempat tidur rumah sakit.

“Saya lihat anak saya menggunakan tabung oksigen dan tidak sadarkan diri saat itu. Saya sudah berpikir jika anak saya kritis. Hingga pada pagi harinya saya dapat kabar anak saya meninggal dunia,” lanjut Machmud dengan nada lirih.

(gun/jee/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Naga Mekes Sambut Baik Regulasi Pemain Asing


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler