jpnn.com, TULUNGAGUNG - Bupati Tulungagung Jawa Timur, Maryoto Birowo angkat bicara soal aksi anggota DPRD Tulungagung yang mengamuk, membanting stoples jajanan kue nastar dan melemparkan botol bir ke tengah aula pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso, Jumat (29/6).
Di hadapan sejumlah awak media yang mewawancarainya di ruang tunggu tamu rumah dinas bupati, Rabu (3/6), Maryoto mengatakan insiden itu terjadi karena ada kesalahpahaman.
BACA JUGA: Anggota DPRD Tulungagung Banting Botol Bir dan Stoples Nastar di Pendopo Kabupaten
SHM, anggota DPRD Tulungagung itu, bermaksud bertemu dengan Maryoto dengan mendatangi rumah dinasnya di lingkungan pendopo kabupaten.
Namun, Bupati Maryoto saat itu sedang tidak ada di tempat.
BACA JUGA: Dramatis, Pelanggar Jam Malam di Tulungagung Ditendang, Pingsan, Muntah Darah, Tewas
"Melalui telepon keponakan, saya sudah sampaikan untuk menunggu. Tidak ada lima menit, karena saat itu saya sudah sampai di utara perempatan Samudera (wilayah kota). Namun, sesampainya di sini yang bersangkutan rupanya sudah tidak ada," kata Maryoto menceritakan kronologi awal insiden politikus PDIP berinisial SHM itu mengamuk di pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso.
Saat Maryoto tiba di rumah dinasnya (pendopo), SHM yang merupakan anggota Badan Kehormatan DPRD Tulungagung sudah tidak ada di tempat.
BACA JUGA: Musni Umar Ungkap Sosok yang Dibunuh Ruslan Buton, Bukan Petani?
SHM pergi dengan meninggalkan jejak kerusakan di ruang tunggu tamu pendopo.
Sebuah stoples jajanan isi kue nastar pecah berantakan. Tak hanya itu, pecahan botol minuman bir juga terlihat berserak di tengah aula pendopo.
Rupanya SHM yang tak sabar menunggu Bupati Maryoto di ruang tunggu tamu, mengamuk.
Stoples isi jajanan kue nastar dibanting.
"Saya sendiri tidak tahu masalah sebenarnya apa. Mencari saya, tidak ketemu saja. Memang (kami) lama tidak ketemu," kata Bupati.
Meski ada aksi perusakan, pelemparan botol bir, Maryoto mengaku dirinya maupun secara kelembagaan tidak merasa dirugikan.
Maryoto tidak berencana menempuh jalur hukum. Dia merasa punya kedekatan dengan PDIP selaku partai yang mengusungnya, hingga menduduki kursi bupati saat ini.
"Kami ini adalah kepala daerah yang diusung oleh partai. Jadi (kasus ini) biar dibicarakan dalam ranah partai, dan dewan" ujarnya.
Maryoto mengaku sempat kaget dengan insiden tersebut, tetapi dia tidak secara gamblang mengatakan terancam dengan teror itu.
"Kalau saya biasa saja," ujarnya melandai.
Informasi yang beredar, SHM mengamuk terkait lelang jabatan pejabat eselon II. Namun, Maryoto mengaku dirinya tidak pernah membicarakan hal itu dengan pihak selain tim Pansel (Panitia Seleksi) Pemkab Tulungagung.
SHM tidak pernah mengutarakan maksud dan tujuannya saat mencari Maryoto di pendopo.
"Kalau itu kan sudah ada panitianya melalui Pansel (panitia seleksi) karena kebutuhan lembaga struktural pemerintah daerah, maka kami akan melakukan pengisian jabatan yang kosong sesuai ketentuan yang berlaku. Tidak terpengaruh (dengan aksi teror SHM)," kata Maryoto.
Belum ada tanggapan dari SHM terkait insiden tersebut. Wartawan mencoba menelepon politikus PDIP itu, tetapi ponselnya tidak aktif.
Demikian juga ponsel Ketua DPC PDIP Tulungagung Susilowati dan Ketua DPRD Tulungagung Sumarsono.
Hanya Sekretaris DPC PDIP Tulungagung Shodiq Purnomo yang berhasil dihubungi.
Saat dikonfirmasi terkait insiden SHM yang mengamuk di pendopo, Shodiq mengakui masalah tersebut menjadi perhatian partainya, tetapi sejauh ini belum diagendakan pemanggilan terhadap yang bersangkutan. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek