jpnn.com - TEGAL - Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan di Kota Tegal masih terbilang cukup tinggi untuk ukuran di Jawa Tengah. Berdasarkan data tahun 2012, ada 11 kasus kematian ibu melahirkan di Kota Tegal. Sedangkan, pada 2014 kemarin, menurun menjadi 7 kasus kematian ibu melahirkan. Kendati terus menurun, kota yang terletak di pesisir laut ini masih tetap menjadi daerah yang menduduki zona merah AKI.
Hal tersebut terungkap dalam Pelatihan IVA dan Papsmear Tenaga Kesehatan yang diselenggarakan Pengurus Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Tegal di Klinik Pratama Aisyiyah (KPA) Siti Hajar, Jalan Kartini, Sabtu (21/2).
BACA JUGA: Pasokan Batubara Telat Datang, PLN Terapkan Pemadaman Bergilir
Pelatihan ini diikuti oleh 25 tenaga kesehatan dari KPA Siti Hajar dan seluruh puskesmas yang ada di Kota Tegal, dengan narasumber dari Pusat Pelatihan Klinik Primer Kesehatan Reproduksi (P2KPKR) Kota Tegal.
“Kota Tegal, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Brebes untuk AKI masih tinggi, di atas standar MDGs (Millennium Development Goals). Jadi, oleh Dinas Kesehatan Jawa Tengah ditempatkan sebagai daerah merah untuk AKI. Daerah merah, artinya penanganannya masih perlu untuk diperhatikan,” kata Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pengurus Wilayah Aisyiyah Jawa Tengah Dr Eny Winaryati, di lokasi pelatihan.
BACA JUGA: Bawa Sabu, Warga Aceh Dibekuk di Lubuklinggau
Perempuan yang juga menjabat Ketua Program Studi Kimia di Universitas Muhammadiyah Semarang membeberkan, ada beberapa penyebab yang mempengaruhi kesehatan reproduksi, hingga menjadikan AKI di Kota Tegal masih cukup tinggi. Yakni, meliputi kondisi ekonomi, pendidikan, dan kultur masyarakat pesisir.
Eny memandang, program MDGs yang telah berjalan selama 5 tahun, cenderung belum mencapai target. Hal itu dikarenakan belum ada sinergitas antara pemerintah dan masyarakatnya. Sehingga, program ini belum ditangkap secara keseluruhan oleh masyarakat. Persaoalan kesehatan reproduksi, kata dia. bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah sendiri. Peran serta masyarakat diperlukan untuk kesuksesan program tersebut.
BACA JUGA: Sakit Jantung, Napi Narkoba Meninggal di RS
“AKI tidak lepas dari kesehatan reproduksi. Sebab, kesehatan reproduksi merupakan pintu dari AKI itu sendiri. Saya berharap, ke depan semangat pemerintah untuk ditingkatkan. Masalah kesehatan reproduksi, bukan hanya menjadi tanggungjawab Dinas Kesehatan, perlu ada sinergitas dengan dinas-dinas yang terkait. Sebab, ini adalah masalah kompleks,” tegasnya.
Sementara, Sekretaris P2KPKR Kota Tegal Ety Rahmawati SKM SST menerangkan, salah satu penyebab kematian ibu, yakni penyakit yang menyertai seperti eklamsia tinggi yang menimbulkan kejang. Hal ini sering terjadi di Kota Tegal. Untuk menurunkan AKI, menurut dia, perlu dilakukan perbaikan pelayanan dasar, standarisasi pelayanan, dan peningkatan skill bidan.
“Di Kota Tegal AKI menurun menjadi 7 kasus pada 2014. Untuk menurunkannya lagi, bukan hanya menjadi tugas tenaga kesehatan, bidan, atau perawat saja. Perlu ada kesinambungan semua pihak,” jelas perempuan yang juga menjabat Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kota Tegal itu. (nam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Foto Panasnya Tersebar, Siswi SMK Polisikan Mantan Pacar
Redaktur : Tim Redaksi