jpnn.com, JAKARTA - Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan terjadi penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), menjadi 5,01 persen pada Februari 2019. Saat ini, jumlah pengangguran di Indonesia menurut BPS berjumlah 6,82 juta orang.
Berdasarkan tingkat pendidikan, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih menyumbang angka pengangguran tertinggi di antara tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 8,63 persen. Berikutnya tingkat Diploma I/II/III (6,89 persen).
BACA JUGA: Tanpa Satelit Palapa, Indonesia tak Akan Punya Penyiaran Jangkauannya Nasional
BPS menyatakan, mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, dapat dilihat dari TPT SD ke bawah paling kecil di antara semua tingkat pendidikan yaitu sebesar 2,65 persen. Meski demikian, dibanding kondisi tahun lalu, penurunan TPT terjadi pada semua tingkat pendidikan.
Secara keseluruhan, jumlah angkatan kerja pada Februari 2019 sebanyak 136,18 juta orang, naik 2,24 juta orang dibanding Februari 2018. Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran.
BACA JUGA: Angka Pengangguran di Jawa Barat Tertinggi Nasional
Pada Februari 2019, sebanyak 129,36 juta orang adalah penduduk bekerja dan sebanyak 6,82 juta orang menganggur. Dibanding setahun yang lalu, jumlah penduduk bekerja bertambah 2,29 juta orang, sedangkan pengangguran berkurang 50 ribu orang.
BACA JUGA: Belum Ada Anggaran Gaji PPPK Hasil Rekrutmen Februari, Sungguh Aneh
BACA JUGA: Mendikbud Larang SMK Buka Jurusan yang Tidak Dibutuhkan Industri
Struktur penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan pada Februari 2019 masih didominasi oleh tiga lapangan pekerjaan utama, yaitu: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 29,46 persen; Perdagangan sebesar 18,92 persen; dan Industri Pengolahan sebesar 14,09 persen.
Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengakui dalam 20 tahun terakhir memang tingkat pengangguran terbuka saat ini yang terendah.
“Tetapi, jika dilihat waktu yang lebih panjang, tahun 1997, tingkat pengangguran hanya 4,69 persen," kata Bhima di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Bhima menjelaskan, angka pengangguran di era Orde Baru, di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, pernah tercatat hanya sebesar 2,55 persen di 1990 silam. Oleh karenanya, parameter tingkat pengangguran terendah itu dapat dilihat tergantung dari berapa jauh perbandingannya. Apakah hanya dalam 20 tahun atau sampai 40 tahun terakhir.
Mengenai apa saja faktor yang melatarbelakangi sulitnya para pekerja Indonesia untuk mendapatkan pekerjaan di era digital saat ini, Bhima mengaitkan, antara aspek vokasional dan supply-demand dari industri ketenagakerjaan saat ini.
Dia menjelaskan, di sisi penawaran, ada ketidakcocokan antara kebutuhan dunia kerja dan keahlian yang diasah saat sekolah. Hal ini terbukti dari besarnya pengangguran sekolah vokasi yang mencapai 11,2 persen di 2018.
"Dari sisi permintaan, sektor utama penyerap tenaga kerja, yaitu pertanian, anjlok. Tahun 2018, penyerapannya minus. Harga komoditas perkebunan yang rendah dan kurangnya insentif buat petani jadi masalah serius," pungkas Bhima. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jumlah Penganggur Didominasi Lulusan SMK
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad