Pemerintah negara bagian Victoria akan membeli 2,2 juta alat tes antigen cepat yang akan digunakan di pusat kesehatan, sekolah dan layanan darurat saat kasus penularan COVID-19 di Melbourne masih tinggi.
Hari Rabu ini (6/10) Victoria mencatat 1.420 kasus baru dan 11 orang meninggal, jumlah kematian terbesar dalam sehari selama tahun 2021.
BACA JUGA: Sejumlah Atlet di PON XX Papua Tertulari Covid-19, Menpora Pastikan Pertandingan Tetap BerjalanÂ
Tes rapid antigen nantinya memberikan hasil dalam bilangan menit namun tingkat kepercayaan hasilnya memang lebih rendah dari tes PCR.
Pihak oposisi di Victoria sudah menyerukan sejak beberapa bulan lalu agar tes antigen ini digunakan dan beberapa tempat seperti rumah perawatan lansia sudah menggunakan alat tes antigen tersebut.
BACA JUGA: Kolaborasi Kominfo dan MUI untuk Tekan Laju Pertumbuhan Covid-19
Menteri Kesehatan Victoria, Martin Foley mengatakan alat tes antigen cepat akan diuji coba terhadap 1.200 orang yang bekerja dalam proyek pembongkaran jalur kereta dan juga di beberapa rumah sakit.
Setelah itu alat tes antigen ini akan digunakan di berbagai fasilitas kesehatan dan tempat yang dianggap rawan penularan kasus, seperti sekolah, tempat perawatan anak, penjara, dan layanan darurat.
BACA JUGA: Perkembangan Terbaru dari RSDC Wisma Atlet, Ada yang Berkurang dan Bertambah
Menteri Kesehatan Martin Foley mengatakan alat tes sejumlah 2,2 juta ini diperkirakan akan habis digunakan dalam beberapa bulan.
Dia mengatakan harga alat tes itu sekitar Rp100 ribu sampai Rp200 ribu per unit, namun akan jadi lebih murah jika lebih banyak digunakan nantinya.
Lembaga yang mengizinkan penggunaan bahan-bahan medis di Australia Therapeutic Goods Administration (TGA) minggu lalu mengizinkan penggunaan alat tes antigen cepat di rumah mulai 1 November. Warga Victoria boleh kembali
Sementara itu warga Victoria sekarang diperbolehkan kembali dari New South Wales (NSW), setelah angka kasus harian di Melbourne lebih tinggi dari Sydney.
Kawasan NSW dan Kawasan Ibu Kota Australia (ACT) yang sebelumnya dinyatakan sebagai zona merah sekarang sudah diturunkan menjadi zona oranye.
Mereka diizinkan kembali masuk Victoria dengan surat izin dan harus menjalani tes dan karantina sampai hasil tes COVID-19 menyatakan negatif.
Ribuan warga Victoria tidak bisa kembali dalam dua bulan terakhir, terutama berada di kawasan Sydney yang dianggap zona merah oleh Pemerintah Victoria.
Angka kasus di Victoria diperkirakan masih akan terus meningkat walau tingkat vaksinasi dua dosis akan mencapai tingkat 70 persen pada 26 Oktober mendatang dan rencananya pembatasan pergerakan akan dilonggarkan.
Permodelan yang dilakukan oleh Burnet Institute memperkirakan puncak penularan akan terjadi di akhir Oktober.
Epidemiolog dari Doherty Institute, Sharon Lewis mengatakan penurunan kasus akan terjadi dalam beberapa hari mendatang seiring dengan tingkat vaksinasi yang terus meningkat.
"Saya kira apa yang kita lihat sekarang adalah sisa dari kejadian akhir pekan di mana warga berkumpul karena pertandingan final footy [sepak bola Australia] dan juga sebagian warga tidak menunda pergi untuk dites, sehingga kemungkinan angka kasus baru akan menurun pekan depan," katanya kepada ABC.
Jumlah mereka yang harus dirawat di rumah sakit juga akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya kasus, hal yang dikhawatirkan akan semakin menekan sistem layanan kesehatan yang sudah mulai kewalahan.
Sejauh ini ada 525 orang yang menderita COVID yang dirawat di rumah sakit di Victoria, dengan 94 orang di Unit Perawatan Intensif dan 53 menggunakan ventilator.
Dari mereka yang dirawat di rumah sakit hanya 6 persen yang sudah mendapatkan vaksinasi dua dosis.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ratusan Warga Menghadiri Sesi Informasi COVID-19 Bagi Warga Multikultural di Australia Selatan