Angkut 40 TKI Mudik, Kapal Terbalik

Hanya Empat Orang Selamat setelah Pegangan Drum 5 Jam

Minggu, 04 Agustus 2013 – 06:06 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Sebuah kapal motor yang mengangkut 40 warga negara Indonesia (WNI) tenggelam di pantai timur Tanjung Sedili, Johor, Malaysia, Kamis malam (1/8). Empat WNI berhasil diselamatkan pada Jumat (2/8) subuh, sementara 36 korban lain hingga tadi malam belum ditemukan.

Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Tatang B. Razak menyebutkan, di antara korban yang hilang terdapat delapan perempuan dan tiga balita. "Sebagian besar penumpang tidak memiliki izin tinggal (di Malaysia)," ujar Tatang saat dihubungi, Sabtu (3/8).

BACA JUGA: Kantor Konsulat India Jadi Sasaran Bom Bunuh Diri

Mengutip pemberitaan situs Strait Times Malaysia, kapal yang diawaki warga Malaysia tersebut berangkat dari pantai timur Tanjung Sedili di Negara Bagian Johor Kamis sekitar pukul 20.00. Tujuannya Pelabuhan Sekupang di Batam.

Setelah berlayar sekitar dua jam atau 24 kilometer dari pantai dan butuh waktu satu jam lagi untuk sampai di Batam, kapal terhantam ombak. Karena muatan melebihi kapasitas, kapal oleng dan tenggelam di lepas pantai Penawar, Kota Tinggi, Malaysia.

BACA JUGA: Dialog Berbumbu Jotos dan Botol

Empat orang berhasil diselamatkan. Tiga orang ditemukan sekelompok nelayan Malaysia pada Jumat subuh sedang terapung-apung di lautan sambil berpegangan pada drum bahan bakar selama lima jam. Sedangkan satu orang lagi diangkat petugas patroli maritim Malaysia. Empat korban selamat itu pria. Mereka adalah Adi bin Abdullah dari Batam, Jedi bin Mulyadi dari Jawa Timur, Muhammad Saiful Bahri dari Lombok Timur, dan Mustofa dari Flores.

Para pria yang berusia 26 tahun hingga 31 tahun tersebut hendak mudik ke kampung halaman masing-masing untuk merayakan Lebaran. Karena tidak memiliki dokumen keimigrasian dan iming-iming harga tiket yang lebih murah, mereka menumpang kapal kecil untuk menuju Batam. "Kejadian seperti ini sebenarnya sudah sering. Kami mengimbau warga negara Indonesia mematuhi prosedur dalam bekerja maupun masuk dan keluar wilayah," terang Tatang.

BACA JUGA: Pendukung Mursi Penuhi Jalanan

Kepala Puskom Publik Kementerian Perhubungan Bambang S. Ervan menduga, penyebab tenggelamnya kapal mungkin bukan faktor cuaca. Sebab, tidak ada laporan cuaca buruk di wilayah perairan Johor. Kuat dugaan kondisi kapal tidak memungkinkan untuk melayani jumlah pemudik yang berlebihan.

"Biasa, pada masa mudik Lebaran, WNI ilegal pulang. Karena ilegal, mereka pulangnya juga ilegal. Sehingga mereka memilih perjalanan pada malam hari. Karena menggunakan kapal kecil yang diisi dengan banyak muatan, kemungkinan besar saat diterjang ombak langsung terbalik," jelasnya.

Untuk mencari informasi tentang WNI yang berada di atas kapal, Kementerian Perhubungan telah menghubungi atase perhubungan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur. "Setelah memperoleh informasi identitas para korban, kami akan menyampaikan pada keluarganya," terang Ervan.

Kementerian Perhubungan juga telah berkomunikasi dengan Badan Penegakan Maritim Malaysia atau Malaysian Maritime Enforcement Agency (MMEA) untuk pencarian korban. MMEA dikabarkan telah mengerahkan dua kapal, empat speedboat, dan dua helikopter untuk menyisir perairan tersebut.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene meminta semua pihak tidak perlu mempertentangkan TKI ilegal maupun legal dalam kasus kecelakaan itu. Fokus saat ini adalah penyelamatan korban yang belum ditemukan maupun yang sudah.

"Korban selamat kini berada di rumah sakit Malaysia. Setelah sembuh, kami akan berkoordinasi dengan KJRI Johor untuk memulangkan mereka ke Indonesia. Tapi, itu sepenuhnya otoritas Malaysia," kata Tene.

Kecelakaan kapal di perairan Malaysia yang melibatkan WNI cukup sering terjadi. Pada 18 Juli lalu satu orang tewas dan 27 orang lain berhasil diselamatkan setelah kapal yang mereka tumpangi tenggelam di perairan Johor. (mia/c11/wan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Berlusconi Tetap Divonis Salah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler