jpnn.com, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan bahwa ada tiga lapis masalah pada persoalan COVID-19.
Pertama, masalah kesehatan yang berdampak pada persoalan kedua yakni ekonomi. Kemudian ekonomi berdampak pada masalah ketiga, yakni sosial.
BACA JUGA: Anies Baswedan Benar-Benar Khawatir, Tetapi Itu Tak Diungkap ke Publik
Namun, dia menegaskan bahwa awal persoalannya ada di masalah kesehatan.
Karena itu, kata Anies, bila masalah kesehatan tidak dituntaskan, ekonomi belum tentu tuntas. Begitu juga dengan masalah sosial.
BACA JUGA: Ungkap Data, Anies Baswedan Sebut Kondisi Jakarta Makin Mengkhawatirkan
“Kami berharap dukungan pemerintah terutama di dalam penanganan dua (masalah) yang pertama,” tegas Anies didampingi Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria saat rapat virtual dengan Tim Pengawasan DPR Penanggulangan COVID-19, Kamis (16/4).
Ia memerinci, terkait masalah kesehatan yang dibutuhkan adalah peningkatan kapasitas dan kemampuan tes COVID-19.
BACA JUGA: Anies Baswedan: Ini Menyalahi PSBB, Kami Bisa Cabut Izinnya
Dia menjelaskan berdasar ilustrasi tentang pemulasaran dan pemakaman jenazah dengan prosedur tetap (protap) Covid-19, sebanyak 1043 orang yang dimakamkan sampai malam tadi, itu tidak semuanya diketahui sebagai COVID-19.
“Karena mereka sudah dites hasil belum dikelar, atau sedang antre untuk tes sudah meninggal,” tegasnya.
Karena itu, ujar Anies, kemampuan melakukan dan meningkatkan kemampuan testing sangat penting sekali.
“Bukan untuk mendeteksi yang meninggal, tetapi mendeteksi yang hidup. Dengan testing kita akan tahu siapa terinfeksi atau tidak, dan yang terinfeksi langsung dipersiapkan isolasi,” katanya.
Kemudian, Anies melanjutkan, soal peningkatan fasilitas kesehatan. Dia mengakui di kapasitas untuk melayani kesehatan di Jakarta ini ada batasnya.
Dia meyakini bahwa di seluruh dunia ini persoalannya sama, yakni tidak dirancang sistem pelayanan kesehatan untuk hadapi pandemi. Pelayanan kesehatan disiapkan untuk kondisi normal.
Anies memerinci, di Jakarta ada 190 rumah sakit. Total tempat tidur 23 ribu, ICU 714, dan isolasi ada 657, serta ventilator 947 buah.
Nah, kata dia, dalam kondisi hari ini saja sudah merasakan padat. “Bila tren positif meningkat, dan rumusnya kira-kira 20 persen dari positif memerlukan pelayanan intensif, bukan tidak mungkin kami mengalami kesulitan penanganan,” katanya.
Terkait persoalan ekonomi, Anies menjelaskan bahwa pihaknya tentu memberikan bantuan bagi masyarakat prasejahtera maupun miskin.
Selain itu, ia menyadari di Jakarta ini ada perkampungan yang amat padat sehingga perlu penanganan tersendiri.
Oleh karena itu, kata Anies, setiap kelurahan di DKI Jakarta sudah memiliki tempat untuk isolasi bagi penduduk yang dalam pemantauan, atau memiliki gejala ringan yang harus diisolasi mandiri.
“Karena bila mereka tinggal di rumah, tidak mungkin isolasi. Karena itu, kami siapkan di setiap kelurahan itu tempat di mana warga bisa isolasi mandiri. Harapannya, bila ada yang terpapar bisa ada isolasi, tetapi itu tadi kami juga memastikan jaminan sosial ekonomi tercukupi,” katanya.
Anies juga menjelaskan berdasar berbagai langkah yang sudah dilakukan, dalam kenyataannya masih menunjukkan jumlah kasus meningkat.
Karena itu, dia mengajak untuk bersiap menghadapi kondisi ke depan.
“Kita harus bersiap untuk kondisi lebih menantang daripada kondisi saat ini. Kami Pemprov terus berkoordinasi dengan gugus tugas nasional. Semua langkah yang kami lakukan di sini diharapankan bisa ikut mengendalaikan pergerakan penularan corona virus ini,” pungkasnya. (boy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Boy