Anies Paling Responsif, Airlangga Paling Populer, tetapi...

Sabtu, 04 Juli 2020 – 13:19 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Foto: Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan masih dalam posisi teratas sebagai kepala daerah yang responsif dalam penanganan pandemi Covid-19.

Hal ini berdasar hasil survei Indonesia Political Opinion (IPO) periode 8-25 Juni 2020, melibatkan 1350 responden di 135 desa pada 30 provinsi di Indonesia.

BACA JUGA: Guru Honorer Mengeluh, Semoga Pak Anies & Bu Nahdiana Punya Hati soal PPDB Bina RW

Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah mengungkap pihaknya mengukur apakah elite-elite pimpinan pemerintahan responsif atau tidak dalam penanganan pandemi Covid-19.

Elite pimpinan itu dibagi menjadi dua, yakni kepala daerah dan menteri di kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo – KH Ma’ruf Amin.

BACA JUGA: Survei SMRC: 53 Persen Warga Mengaku Sulit Urus Izin Mendirikan UKM

Dedi menjelaskan dari sisi kepala daerah Gubernur  Anies  berada di posisi teratas.

“Sebanyak 62,6 persen menganggap Anies sebagai kepala daerah yang paling responsif,” kata Dedi dalam diskusi Menanti Perombakan Kabinet yang disiarkan virtual oleh salah satu stasiun radio swasta, Sabtu (4/7).

BACA JUGA: Waspada! Polusi Udara Tingkatkan Kematian Penderita COVID-19

Dedi melanjutkan di posisi kedua ada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranomo dengan angka 60,1 persen. Di posisi ketiga ada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X dengan angka 54,3 persen, baru kemudian Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 53 persen.

Berikutnya secara berurutan adalah Gubernur Bali I Wayan Koster, Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam Nova Iriansyah, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini alias Risma, Bupati Bolaang Mongondow Timur Sehan Salim Landjar, baru kemudian Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

“Ini sangat jauh sekali bila dibanding dengan gubernur di Pulau Jawa,” tegas Dedi.

Sementara, Dedi melanjutkan dalam survei itu yang berkaitan dengan menteri kabinet diklasifikasi menjadi dua lagi. Pertama, terkait popularitas mereka di masa pandemi. Dia menuturkan masalah dalam penelitian ini dibatasi.

“Kami hanya berkaitan dengan masa penanganan pandemi. Kalau ada nama beken tetapi tidak masuk kategori populer, ya mungkin selama pandemi tidak banyak beraktivitas,” kata dia.

Dalam hasil survei menteri terkait penanganan pandemi yang dianggap paling populer adalah Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto 48,3 persen, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian 44,8 persen, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama 42,8 persen.

Berikutnya, Menteri Luar Negeri Retno P Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani 34,9 persen, Menteri Sosial Juliari Peter Batubara 31,5 persen, dan Menteri BUMN Erick Thohir 27,2 persen.

Dia menjelaskan, surveyor di lapangan diberikan pembekalan yang baik, kemudian mereka harus menjelaskan nama-nama yang muncul kepada responden. Nah, Dedi berujar, responden pun tidak menjawab berdasar kedekatan dan popularitas personal.

Namun, menjawab berdasar pengetahuan yang mereka miliki terkait kebijakan dan aktivitas yang dilakukan para anggota kabinet selama pandemi. Karena itu, nama yang muncul ini relevan dengan para menteri yang punya kebijakan di masa pandemi.

Misalnya, kata dia, Airlangga dikenal karena Program Kartu Prakerja, Tito Karnavian terkait kebijakan penundaan Pilkada Serentak 2020, Wishnutama berkaitan dengan penutupan tempat pariwisata. 

“Termasuk bagaimana dia berpolemik dengan Luhut Panjaitan. Jadi, hal semacam itu diberi pengetahuan ke publik,” tambahnya.

Dia menambahkan dalam survei ini soal populer pun dibagi lagi menjadi dua, yakni populer dalam konteks kebijakan yang positif dan negatif bagi publik.

Karena itu, Dedi menjelaskan, meskipun Airlangga dan Retno Marsudi ada di posisi teratas, belum tentu itu dianggap sebagai respons yang baik dalam konteks kebijakan.

“Bisa jadi hanya respons yang hanya populer, tetapi tidak disukai publik,” katanya. 

Dalam survei, kata dia, nama-nama yang mendapat respons positif yang dianggap baik mengalami perubahan. Paling tinggi ialah Tito Karnavian 34,5 persen.

Menurut Dedi, asumsinya adalah kebijakan menunda pilkada dianggap tepat dan menempatkan masyarakat dalam posisi aman, terlebih lagi belum diketahui kapan pandemi Covid-19 selesai.

Berikutnya adalah Wishnutama 27 persen, Retno Marsudi 24,1 persen, Sri Mulyani 21,4 persen, Airlangga Hartarto, 19,7 persen, Menko Polhukkam Mahfud MD 17,4 persen dan Menteri BUMN Erick Thohir, baru kemudian Menteri Pertahanan Prabowo Subianto 15,7 persen.

“Jadi ini berkaitan di masa pandemi bahwa publik mengenal orang yang disebutkan tadi itu sebagai tokoh menteri yang dianggap produktif sekaligus responsif dalam konteks yang baik,” pungkas Dedi.(boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler