jpnn.com, JAKARTA - Masalah harga pangan di Indonesia diwarnai keanehan yang biasa disebut anomali pasar. Indikasi anomali terlihat dari disparitas harga yang tinggi antara harga di petani dan di eceran/konsumen.
Walaupun pasokan pangan surplus, namun terjadi disparitas harga bawang merah, cabai, telur ayam, daging ayam, minyak goreng, jagung dan lainnya sangat tinggi berkisar 160-400 persen.
BACA JUGA: Pengusaha Besar Bikin Penggilingan Padi Kecil Gulung Tikar
Fenomena ini menunjukkan pasar tidak sehat, akibatnya para petani dan konsumen menanggung derita.
Indonesia surplus bawang merah dan sudah ekspor bawang merah total Januari-November 2017 sebesar 7.561 ton (BPS), yang berarti tidak ada masalah dengan pasokan.
BACA JUGA: KRPL Bisa Atasi Kemiskinan dan Kerentanan Rawan Pangan
Namun yang terjadi di pasaran ternyata harga di konsumen sangat tinggi, sementara harga di petani jatuh.
Disparitas harga bawang merah hampir 400 persen. Harga bawang merah tingkat eceran pada Minggu-II Desember 2017 sebesar Rp 26.187 per kg (Sumber BPS diolah BKP).
BACA JUGA: Desember Panen Padi, Sanggau Surplus Beras 18 Ribu Ton
Harga rata-rata pasar di Jakarta sumber infopangan.jakarta.go.id tanggal 24 Desember 2017 bawang merah Rp 26.933 per kg sementara harga di petani berkisar Rp. 7.000-9.000 per kg.
Bahkan di Enrekang beberapa bulan lalu harga jatuh menjadi Rp 3.000. Kondisi menyedihkan karena harga di petani jatuh, tidak diperhatikan. Sementara bila harga di konsumen naik sedikit saja langsung mendapat perhatian semua pihak.
Petani Kosim di Desa Putren, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk mengatakan, harga bawang merah di petani Rp 8.000-9.000 per kg dan harga di penebas untuk kualitas bagus Rp 10.000-11.000 per kg.
“Sementara biaya saprodi dan obat-obatan mencapai Rp 12.000 per kilogram, kondisi ini memprihatinkan Pak,” ucapnya.
Di tempat terpisah, Muslikhudin, Ketua Gapoktan Margo Makmur, Desa Bremi, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak mengatakan, “Ini harga di petani murah banget, bawang merah masih kotor Rp 6.500 dan sudah bersih Rp 8.500 per kilogram.”
Waluapun pasokan cabai surplus, namun terjadi disparitas harga cabai mencapai 180 persen. Harga rata-rata di Jakarta tanggal 24 Desember 2017 cabai rawit merah Rp 42.433 per kg dan cabai merah besar Rp 37.200 per kg.
Namun harga di petani Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Bandung Barat, Ulus yang memperoleh penghargaan FAO ini mengatakan, “Harga cabai rawit merah di sini Rp 25.000 per kg dan harga cabai merah besar Rp 20.000 per kg.”
Indonesia sudah ekspor daging ayam total 276 ton pada 2017 (BPS), ini mengindikasikan sudah surplus. Namun terjadi anomali dan disparitas harga daging ayam broiler sekitar 160 persen.
Data BPS pada minggu-II Desember 2017 harga daging ayam di eceran Rp 32.070 perkg dan harga di Jakarta tanggal 24 Desember 2017 sebesar Rp 34.500,-.
Nover, manajer rumah potong di Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang mengatakan, “Saya ambil ayam hidup dari peternak Kabupaten Serang dan Wilayah Jawa Barat Rp. 19.000-Rp 20.000 per kg dan biaya prosesing 10 persen.”
Hal yang sama terjadi pada harga telur. Indonesia Januari-November 2017 sudah ekspor telur total 374 ton (BPS), yang berarti sudah surplus pasokan, namun terjadi anomali pasar.
Harga telur ayam di Jakarta tanggal 24 Desember 2017 sebesar Rp 26.150 per kg, sementara harga di peternak berkisar Rp 20.000 – Rp 22.500 per kg.
Menurut Denny pemasok telur di Jakarta, membeli telur di peternak Lampung Rp 21.500-22.000 per kg dan ongkos angkut Rp 800-1.000 perkg.
Informasi harga telur di peternak di Blitar, Kediri dan sekitarnya Rp 20.500-22.000 perkg dan di Magelang Rp 21.500-22.000 perkg.
Menjadi Ironis, Indonesia sebagai negara net eksportir terbesar di dunia Januari hingga November 2017 ekspor 30,6 juta ton minyak sawit naik 20,4 persen dibanding periode sama tahun 2016, namun konsumen belum menikmati harga minyak goreng.
Produksi CPO Indonesia 2016 sebesar 33,2 juta ton setara 25,8 juta ton minyak goreng, surplus melebihi kebutuhan konsumsi hanya 4 juta ton, namun harga minyak goreng tinggi di eceran Rp 12.444 per kg.
Walaupun harga beras sudah tertolong dengan kebijakan HET, namun harga tetap tinggi di eceran di 9 provinsi sudah melampaui di atas HET di Pulau Jawa medium yaitu Rp 9.450 per kg dan premium Rp 12.800 per kg.
Sebentar lagi memasuki musim panen raya, biasanya gabah di petani akan jatuh, BULOG agar siap siap turun ke lapangan dan tidak membiarkan petani menderita rugi.
Dengan anomali ini seolah hukum pasar tidak berlaku dan kue ekonomi hanya dinikmati segelintir orang.
Jangan sampai rakyat menderita akibat harga melambung, apalagi di saat sekarang sedang merayakan hari besar keagamaan dan liburan tahun baru 2018.
Pemerintah hadir dengan kebijakan harga untuk melindungi petani dan konsumen, harus segera melakukan operasi pasar dan menerjunkan Satgas Pangan mengontrol gudang-gudang penimbunan dan memperlancar arus distribusi pangan.
Sehingga tercipta ekonomi yang berkeadilan, keuntungan terdistribusi serta konsumen harus menikmati harga wajar. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Stok dan Harga Pangan di Belitung Aman Terkendali
Redaktur : Tim Redaksi