jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi IX DPR Anshori Siregar menyebut pemerintah terlalu terburu-buru mendatangkan 1,2 juta vaksin Covid-19 produksi Sinovac, dari Tiongkok.
Diketahui, pemerintah telah mendatangkan 1,2 juta dosis vaksin Sinovac pada 6 Desember 2020. Jumlah itu merupakan sebagian dari total 3 juta dosis yang dipesan.
BACA JUGA: Soal Vaksin Sinovac, China Tegaskan Indonesia Memang Prioritas
Sisanya sebanyak 1,8 juta dosis lagi rencananya akan didatangkan pada Januari 2021.
Menurut Anshori, sebanyak 3 juta dosis vaksin Covid-19 buatan Sinovac itu sudah dibayar oleh pemerintah seharga Rp 637.300.800.000.
BACA JUGA: Uni Irma: Apa Hubungan Fadli Zon dengan FPI?
Namun legislator Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mempersoalkan masalah Emergency Use Authorization (EUA) vaksin Sinovac yang belum dikeluarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.
"EUA BPOM RI ini salah syarat mutlak untuk mendatangkan vaksin," kata Anshori kepada jpnn.com, Jumat (11/12).
BACA JUGA: 6 Laskar FPI Tewas, Habib Rizieq Tersangka, Ketegangan Bakal Makin Keras
Alasan kedua yang disampaikan Anshori, karena vaksin Sinovac ini masih dalam proses uji klinis tahap 3 di PT Bio Farma yang bekerja sama dengan UNPAD.
Untuk itu dia meminta agar pemerintah berhati-hati dan jangan terburu-buru demi terjaganya mutu, keamanan dan khasiat vaksin Corona di tengah-tengah masyarakat.
"Vaksin Sinovac yang sudah datang jangan sampai dipergunakan sebelum adanya EUA dari BPOM RI," tegas Anshori.
Anshori juga menekankan kepada pemerintah agar jangan mendatangkan sisa yang 1,8 dosis vaksin yang akan dikirim sebelum adanya EUA dari BPOM RI.(fat/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam